Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Viral di Medsos, Keluarga Kurang Mampu di Sagulung yang Akhirnya Banjir Bantuan
Oleh : Romi Chandra
Jum\'at | 17-04-2020 | 17:20 WIB
keluarga-ason.jpg Honda-Batam
Ason Sofian bersama istri dan anaknya. (Foto: Romi Chandra)

BATAMTODAY.COM, Batam - Seorang ayah di Kavling Siap Bangun (KSB) Kamboja Blok B nomor 87 RT04/RW15 Kecamatan Sagulung nekat menjual satu unit ponsel miliknya seharga Rp 10 ribu demi bisa membeli beras.

Pria yang diketahui berna Ason Sofian (48) tersebut merasa frustasi dan tidak tega melihat anaknya tidak makan. Sehingga akhirnya dia berjalan kaki menemui temannya untuk menjual ponsel miliknya. Kejadian ini akhirnya viral di media sosial.

Ditemui di kediamannya, Sofian yang didampingi istri, Dewi Sumiati, mengaku ingin membantu istrinya dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Sebab, lima tahun terakhir dia tidak lagi bekerja karena mengidap penyakit serius yang membuatnya tidak dapat bekerja.

Ditambah lagi wabah virus covid-19 atau corona yang menyebar di mana-mana, mengakibatkan perekonomiannya semakin merosot. Istri yang biasanya berjualan bakso tusuk dan es ke skolah, kini tidak bisa berjualan lagi karena sekolah diliburkan.

Akhirnya istrinya memutuskan untuk menjual tempe yamg sudah diolah dan pekerjaan lainnya sehingga kebutuhan di rumah bisa tercukupi.

"Saya tidak menyangka kejadian ini justru viral dan menjadi perhatian banyak pihak. Memang saya jual ponsel ke kawan seharga Rp 10 ribu agar bisa beli beras. Kasihan anak saya belum makan, karena waktu itu istri saya belum pulang bekerja," akunya Sofian, Jumat (17/4/2020) sore.

Sementara istrinya mengaku tidak tahu kejadian itu. Ia baru sadar setelah ada yang mengatakan bahwa suaminya viral di mesia sosial karena menjual ponsel untuk beli beras.

"Saya tidak menyangka bisa seperti ini. Kehidupan saya memang susah tapi tidak pernahengeluh ke siapapun. Saya usahakan mencari biaya sendiri. Suami saya sudwh lima tahun terakhir tidak bekerja. Saya yang meminta agsr dia di rumah saja karena kondisinya tidak bisa untuk bekerja," terang Dewi.

Diceritakan, Dewi mulai menjadi tulang punggung setelah suaminya mengalami sakit-sakit lima tahun lalu. Jika dipaksakan bekerja, suaminya pasti akan muntah darah. Sementara ia memiliki 7 anak, dua diantaranya sudah menikah dan tinggal 5 lagi yang harus ditanggung.

"Dua hari kerja, seminggu sakit, dan muntah darah. Jadi saya minta bapak (suami) di rumah saja. Kebetulan anak saya yang kecil juga sakit. Jadi saya yang men ari nafkah," tuturnya.

Ia mengaku selama ini bisa memenuhi kebutuhan keluarga, dengan berjualan baksu tusuk dan es ke sekolah-sekolah. Namun sekarang semenjak sekolah diliburkan karena Covid-19, dia harus putar otak untuk mencari biaya.

"Saya tidak pernah meminta suami saya untuk membantu. Mungkin ia ingin membantu tetapi tidak tahu bagaimana caranya, makanya nekat berjalan kaki dengan kondisi fisik sakit untuk menjual ponsel. Mungkin ini jawaban dari Allah karena selama ini kami tidak pernah mengeluh," ujarnya.

Setelah kejadian itu, keluarganya banyak dikunjungi para dermawan untuk memberikan uluran tangan berupa sembako. "Saya sangat bersyukur, ternyata banyak yang peduli kepada kami. Bahkan dari kepolisian juga sudah datang dan memberikan bantuan berupa sembako, serta pihak lainnya," tambahnya.

Ia juga berharap agar wabah Covid-19 ini bisa cepat diatasi, sehingga kondisi perekonomian kembali normal.

Editor: Gokli