Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tim Peneliti Dua Negara Serumpun Kembangkan Robot Cerdas Ustadz Abdul Somad
Oleh : Redaksi
Sabtu | 14-12-2019 | 14:52 WIB
uas-rahmad.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Dr. Rahmad Kurniawan, ST., MIT. dan Ustadz Abdul Somad, Lc., MA. (Foto: Ist)

BATAMTODAY.COM, Pekanbaru - Kemajuan teknologi kecerdasan buatan telah membawa dampak positif di berbagai bidang. Salah satu penerapan kecerdasan buatan yang terkini adalah Chatbot.

Chatbot merupakan program komputer yang dikembangkan untuk menggantikan manusia dalam berkomunikasi dengan pengguna atau orang lain di internet. Chatbot diprogram untuk bekerja secara independen.

Pengguna dapat berinteraksi dan menanyakan pertanyaan melalui obrolan singkat (chatting) pada Chatbot dan kemudian Chatbot akan menjawab pertanyaan tersebut layaknya jawaban dari seorang ahli.

Chatbot bisa menjadi robot asisten virtual yang dapat diandalkan untuk menjawab pertanyaan tentang hukum Islam (Fiqih). Azka Hasub adalah sebuah aplikasi Chatbot yang akan membantu Ustadz Abdul Somad dalam berinteraksi dengan jamaah melalui pesan singkat (chatting).

Azka Hasub dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan pengetahuan yang diajarkan kepadanya. Pengetahuan tersebut bersumber dari buku (text classification) dan pengetahuan Ustadz Abdul Somad. Nama Azka Hasub diberikan langsung oleh Ustadz Abdul Somad, yang berarti robot cerdas.

"Ustadz Abdul Somad (UAS) adalah penceramah terkenal yang sangat sibuk, sehingga banyak jamaah yang tidak dapat berinteraksi langsung dalam melakukan tanya jawab tentang hukum Islam (Fiqih) kepada beliau. Di sisi lain, Ustadz Abdul Somad telah menerbitkan beberapa buku tentang tanya jawab hukum Uslam," papar Ketua Tim Pengembang Robot cerdas UAS, Dr. Rahmad Kurniawan, ST., MIT.

Meskipun demikian, lanjut Rahmad Kurniawan, masyarakat awam masih memiliki kendala dalam memahami banyak teks untuk mendapatkan kesimpulan. Oleh karena itu, kecerdasan buatan dianggap sebagai cara inovatif untuk belajar dan memahami hukum Islam dengan mudah.

Pengembangan Azka Hasub ini melibatkan tim riset dua negara serumpun, yaitu Indonesia dan Malaysia yang menjadi basis jamaah terbanyak UAS di Asia Tenggara. Tim Indonesia diwakili oleh Teknik Informatika dan Ushuludin UIN Suska Riau, sedangkan tim peneliti Malaysia diwakili oleh Prof, Dr. Mohd Ahmad Nazri dari Universiti Kebangsaan Malaysia.

Azka Hasub saat ini masih dalam tahap pengembangan, baru sedikit pengetahuan tentang shalat yang menjadi basis pengetahuannya.

Rahmad menjelaskan, saat ini tim risetnya fokus pada pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan robot di bidang Islam, sebut saja robot zakat kota Pekanbaru, penjadwalan cerdas untuk mubaligh Muhammadiyah Riau, sistem pakar untuk penyakit masyarakat, pengklasifikasian hukum fiqih dan ke depannya akan menggunakan algoritma deep learning sebagai bidang riset kecerdasan buatan terbaru.

Azka Hasub akan menjadi basis pengembangan ilmu kecerdasan buatan di bidang Islam, akan ada beberapa kolaborasi riset lagi yang terintegrasi dengan Azka Hasub seperti pengklasifikasian hukum fiqih berdasarkan suatu inputan oleh pengguna (Text Classification On Islamic Jurisprudence) yang sudah dipublikasikan di konferensi internasional bidang kecerdasan buatan dan mesin indeks jurnal bereputasi SCOPUS.

"Azka Hasub ditargetkan sebagai tonggak pengembangan Islam menggunakan ilmu kecerdasan buatan. Kami juga telah mengembangkan klasifikasi teks, jadi nanti jamaah bisa mengetikkan suatu permasalahan fiqih kemudian sistem langsung menjawab apakah hukumnya wajib, sunah, haram, mubah dan makruh," tutur anggota tim dari bidang agama Islam, Dr. Khairunnas Jamal.

Editor: Dardani