Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Dukung Pekerjaan Pemerintah, ATB Gelontorkan Investasi Besar
Oleh : Redaksi
Kamis | 10-10-2019 | 19:04 WIB
proyek-atb1.jpg Honda-Batam

PKP Developer

ATB terus melakukan investasi untuk mendukung program pengembangan infrastruktur yang dilakukan pemerintah, dan menunjang peningkatan kualitas suplai dan layanan pelanggan. (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Batam - PT Adhya Tirta Batam (ATB) terus meningkatkan kualitas demi menjaga keandalan suplai kepada pelanggan. Perseroan tetap menggelontorkan investasi besar untuk peningkatan kualitas jaringan, kendati tengah berada di penghujung konsesi.

Head of Corporate Secretary ATB Maria Jacobus mengatakan, pihaknya tetap akan fokus untuk memberikan pelayanan optimal kepada pelanggan di akhir masa konsesi.

"ATB tak terlalu pusing dengan pengakhiran konsesi, karena setiap kontrak memang harus diakhiri. Yang paling penting adalah, pelayanan tidak boleh turun," ujarnya.

Tahun ini ATB tetap mengeluarkan biaya investasi miliaran rupiah untuk meningkatkan keandalan suplai. Tidak hanya itu, perseroan juga terus berkomitmen untuk mendukung program pembangunan infrastruktur yang tengah digalakkan pemerintah.

Pekerjaan relokasi pipa DN 600 mm di Batuaji yang telah rampung dikerjakan akhir Agustus lalu merupakan bagian dari upaya tersebut. Dengan adanya relokasi pipa, pemerintah bisa melakukan pekerjaan pelebaran jalan di wilayah tersebut tanpa harus khawatir merusak pipa distribusi ATB, yang bisa berimbas pada terkendalanya suplai ke daerah Batuaji dan sekitarnya.

"Kita berkoordinasi aktif dengan pemerintah dalam rangka akselerasi percepatan pembangunan," jelasnya.

Sementara itu, investasi untuk peningkatan kualitas suplai juga terus dikerjakan. Diantaranya, relokasi pipa distribusi di Flyover Laluan Madani yang dilakukan pada Juni silam dan paket pekerjaan peningkatan supai ke Tanjung Uncang yang akan selesai pada Desember mendatang.

Pekerjaan relokasi pipa 600 mm di Flyover Laluan Madani dikerjakan pada Juni silam, dan selesai pada awal Juli. Pekerjaan yang memakan biaya ratusan juta rupiah itu membuat suplai ke daerah Baloi One Resident, Baloi Mas, Batu Batam, Anggrek Permai, dan sekitarnya meningkat.

Sementara paket pekerjaan untuk peningkatan suplai Tanjung Uncang sudah mulai dikerjakan sejak pertengahan tahun ini. Pekerjaan ini dilakukan agar suplai air ke Tanjung Uncang yang selama ini masih belum optimal, bisa dioptimalkan dengan bantuan suplai dari Dam Muka Kuning.

Kendati pekerjaan baru selesai pada Desember mendatang, namun dampak dari paket pekerjaan ini sudah mulai dirasakan masyarakat.

"Sekarang waktu air mengalir sudah mulai membaik, walaupun belum 24 jam. Kami berharap, kondisi akan jauh lebih baiks etelah pekerjaan selesai," jelasnya.

Menurut Maria, sejatinya investasi yang dilakukan ATB tidak ekonomis secara bisnis. Karena, modal yang ditanam tidak akan kembali dalam waktu setahun kedepan. Padahal, tahun depan konsesi ATB akan berakhir.

Namun ATB tidak semata-mata memperhatikan keuntungan bisnis. Perseroan menilai, keandalan pelayanan adalah yang paling utama. Setelah 24 tahun memberikan yang terbaik bagi Batam, ATB tak ingin kualitas layanannya turun, walaupun di akhir konsesi.

"Pelanggan tidak perlu khawatir, karena kami akan tetap memberikan pelayanan optimal sampai akhir. Bahkan, kami tidak akan ragu-ragu keluar uang, walaupun secara bisnis tidak menguntungkan," jelasnya.

Selain itu, isu keterbatasan sumber daya air hendaknya juga mendapat perhatian serius. Menurut Maria, cadangan air baku di Batam saat ini sudah tinggal 10 persen, atau 350 liter per detik. Padahal, pertumbuhan sambung baru terus bergerak cepat setiap bulannya.

Dalam satu bulan, ATB menerima 800 permintaan sambung baru. Dengan permintaan setinggi itu, pertumbuhan kebutuhan air di Batam bisa mencapai 200 liter perdetik setiap tahunnya. Dengan asumsi tersebut, maka cadangan air baku yang ada sekarang hanya bisa bertahan kurang dari 2 tahun lagi.

Menurut Maria, komitmen pembangunan ekonomi di Batam harus terus diselaraskan dengan pembangunan ekologi. Jika tidak daya dukung dan daya tampung Batam berpotensi terus tergerus, sehingga daya saing kawasan juga menurun.

Karena itu, gerakan bersama untuk konservasi daerah tangkapan air dibutuhkan demi ketersediaan air dimasa mendatang.

"Bagi kami, isu ini jauh lebih urgen untuk diperhatikan. Kita harus bersama-sama berpikir mengenai ketersediaan air bersih di Batam untuk jangka panjang," imbuhnya.

Editor: Yudha