Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Nelayan Pesisir Pantai Kampung Tua Mulai Kesulitan Cari Ikan Akibat Limbah Minyak Hitam
Oleh : Putra
Rabu | 10-04-2019 | 15:16 WIB
tumpahan_minyak_hitam.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Kondisi tumpuhan minyak yang mencemari Pantai Kampung Tua Teluk Mata Ikan (Foto: Putra)

BATAMTODAY.COM, Batam - Nelayan Pesisir Pantai Kampung Tua Teluk Mata Ikan, Kelurahan Sambau, Kecamatan Nongsa, Kota Batam kesulitan mencari nafkah pasca kehadiran limbah minyak hitam (black oil waste) di wilayah pantainya

Sebanyak 80 Kepala keluarga di Kampung Tua Teluk Mata Ikan yang berprofesi sebagai nelayan mulai saat ini akan kesulitan mendapatkan tangkapan ikan karena tercemarnya perairan wilayah tangkap mereka oleh limbah minyak.

Salah seorang nelayan Kampung Tua Teluk Mata Ikan, Razali (50) mengatakan, sudah terhitung dua hari sejak, Selasa (9/4/2019), dirinya bersama 79 nelayan lainnya terpaksa tidak turun ke laut karena adanya limbah minyak hitam di bibir pantai setebal 5 cm.

"Sudah dua hari kami tidak melaut karena limbah ini. Jangankan turun ke laut, kami (nelayan) mau ambil peralatan untuk membenarkan Bubu (alat tangkap ikan) di sampan saja takut," kata Razali saat ditemui dilokasi, Rabu (10/4/2019).

Dirinya mengatakan, dengan adanya limbah minyak tersebut, bukan hanya penghasilan para nelayan yang akan menjadi permasalahan, tetapi juga mamalia laut yang tercemar ekosistemnya oleh limbah minyak tersebut.

"Tadi juga saya ada melihat beberapa ikan mati di pinggir pantai, tapi sudah penuh dikelilingi minyak hitam itu," sesalnya.

Kuat dugaan, limbah minyak hitam tersebut berasal dari pembuangan limbah kapal tangker luar negeri di wilayah Out Port Limited (OPL) antara Indonesia dan Singapura yang sampai ke pesisir pantai Indonesia karena terbawa arus laut.

"Dalam kurun waktu 10 tahun, ini salah satu yang terparah. Biasanya kalau sudah seperti ini bisa hilang dalam kurun waktu dua tahun," ungkapnya.

Menanggapi hal tersebut, Razali mengharapkan agar Pemerintah Kota (Pemkot) Batam serta DPRD Kota Batam segera menyelesaikan permasalahan ini karena sangat memberikan dampak kerugian yang besar untuk masyarakat menengah kebawah, khususnya para nelayan.

Selain itu, limbah jenis minyak dengan kondisi sedikit mengental ini, sangat berbahaya untuk kesehatan serta mengancan keselamatan lingkungan hidup sekitar. Konsisi ini juga merusak seluruh alat pancing serta kapal kecil yang digunakan nelayan untuk melaut.

"Kita ini hanya mentimun, bukan durian. Jadi kami hanya bisa melihat dan terkena imbas limbah lintas negara," tutupnya.

Editor: Surya