Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tim Peneliti ITB Temukan Fosil Gading Berusia 1,5 Juta Tahun di Majalengka
Oleh : Redaksi
Rabu | 12-12-2018 | 13:40 WIB
fosil-gading1.jpg Honda-Batam
Fosil gading Stegodon berusia 1,5 juta tahun. (Foto: dok. ITB)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Tim Laboratorium Paleontologi Institut Teknologi Bandung (ITB) menemukan fosil sepasang gading Stegodon berusia 1,5 juta tahun atau pada zaman Plestosen awal di daerah Majalengka, Jawa Barat.

Fosil ini memiliki panjang lurus 3,3 meter dan memiliki panjang lengkung 3,6 meter. Fosil ini ditemukan oleh tim yang beranggotakan dosen-dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, Yan Rizal, Aswa, Mika Puspaningrum, Ketua Lab Paleontologi Jahdi Zaim, Wahyu Santoso, Nur Rochim, dan Hascsryo.

Jahdi menjelaskan fosil ini ditemukan di dekat aliran sungai. Proses pengangkatan fosil juga tidak mudah karena cuaca buruk dan banjir bandang. Selain fosil Stegodon, peneliti juga menemukan fosil vertebrata lainnya.

"Selain itu juga ada buaya, dan tumbuh-tumbuhan purba. Awalnya fosil itu terlihat hanya kecil yang terus terang sempat kecewa karena sudah jauh-jauh datang akan tetapi temuannya terlihat rusak dan kecil. Akan tetapi setelah tekun melakukan ekskavasi ternyata gading tersebut luar biasa," kata Jahdi seperti yang dikutip dalam keterangan resmi, Rabu (12/12/2018).

Lebih lanjut, Mika mengatakan Stegodon ini berjenis kelamin jantan dengan tinggi tubuh lebih dari tiga meter. Mika memperkirakan gading ini termasuk gading Stegodon dewasa yang sudah sangat tua. Perkiraan ini muncul berdasarkan ujung gading yang sudah aus atau berbentuk pipih.

Mika memperkirakan Stegodon ini mati karena terperosok ke sungai karena ditemukan di sedimen yang berupa lempung.

"Spesies ini kemungkinan trigonocephalus yang ada di Jawa, kemungkinan saat pulau Jawa ini baru menjadi daratan, dari makanan juga lebih banyak daun dan rumput-rumputan," Mika.

Keberadaan fosil ini awalnya berasal dari laporan warga lokal di sekitar tepi sungai tempat ditemukannya fosil seperti gading. Nur menjelaskan proses ekskavasi fosil tidak mudah karena berada pada batuan pejal dan keras sehingga memerlukan ketekunan dan ketelitian.

Belum lagi penggalian fosil diperparah dengan cuaca yang sedang turun hujan dan terjadi banjir bandang. Fosil kemudian terendam air dan kondisi fosil menjad lebih rapuh.

"Adapun pengambilan sangat sulit karena pada saat itu cuaca sedang tidak bersahabat, hujan deras, di sini pun (fosil) banyak yang tidak bisa keangkat secara utuh," kata Nur.

Ia juga mengatakan jarak dari lokasi penggalian ke jalan raya sangat jauh, sehingga fosil tidak dapat diangkat mengunakan alat besar dan berat. Untuk itu, Nur mengatakan tim tidak bisa mengangkat gading mengingat kondisinya yang rapuh. Ia menjelaskan tim harus mencetak gipsum sesuai dengan bentuk gading agar gading bisa diangkat secara utuh.

"Sebelum diangkat, gading ini dicetak terlebih dahulu memakai gipsum, ditempel pakai serat-serat kain halus agar terdapat cetakan. Cetakan tersebut akan sangat berfungsi apabila gading ini tidak didapat secara utuh," kata Nur.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha