Bahkan, Calon ‘Pengantin Bom’ Pun Mendarat Mulus di Batam
Oleh : Redaksi
Senin | 28-12-2015 | 08:00 WIB
P_20151224_111718.jpg
Lorong akses pemeriksaan keimigrasian di Pelabuhan Fery Internasional Batam Center. (Foto: Saibansah) 

TRANSNATIONAL crime, benar-benar melekat dengan Kota Batam. Bukan saja menjadi pintu masuk favorit para bandar narkoba dan trafficking, tapi Batam juga jadi pilihan menarik jaringan kelompok radikal internasional. Bagaimana aparat keamanan dan semua pihak yang berwenang di Batam melihat hal ini? Berikut hasil liputan wartawan BATAMTODAY.COMHadli, Romi Candra dan Ahmad Rohmadi. 

Nama organisasi, Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara (JAKDN) muncul bersamaan saat pasukan Densus 88 Anti Teror Mabes Polri menangkap dua terduga teroris, Abu Muzab dan Ali alias Abu Nash'ab alias Fariz Kusuma (27) di dua tempat berbeda di Medan Satria, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (23/12/2015) lalu. 

Ali, warga Uighur Tiongkok adalah calon “pengantin” alias pelaku bom bunuh diri yang akan menyasar sejumlah target strategis di Indonesia. Sekali lagi, Indonesia! Ali pernah tinggal di Bangkok, Thailand dan Malaysia. Serta memiliki jaringan dengan sel ISIS (Islamic State of Iraq and Suriah).

Selain memunculkan nama JAKDN penangkapan Ali juga mengungkap, bahwa Batam telah menjadi jalur masuk paling aman dan mulus ke Indonesia. Kepada penyidik Densus 88 Anti Teror Mabes Polri, Ali mengaku masuk ke Indonesia melalui Batam. 

Bahkan, Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti juga telah mengkonfirmasi bahwa Ali adalah warga Uighur yang dipersiapkan sebagai calon â€œpengantin” bom bunuh diri dan sedang belajar bahasa Indonesia. “Ali itu diduga warga Uighur yang sedang belajar bahasa Indonesia. Dia calon "pengantin" yang dipersiapkan,” ungkap Kapolri, Kamis (24/12/2015) lalu di Jakarta.

Target yang akan disasar Ali dan jaringannya untuk diledakkan adalah Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, mantan Kepala Densus 88 Polri (Purn) Komjen Gories Merre, Kepala Bidang Penindakan Densus 88 Kombes Ibnu Suhendrasyiah, Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian dan Kapolda Jawa Tengah Irjen Nur Ali. 

Selain itu, jaringan Ali ini juga akan menarget tempat ibadah Syiah, kantor-kantor kepolisian, orang asing dan tempat berkumpulnya. Semuanya ada di Indonesia. Sekali lagi, Indonesia. 


Melihat Batam telah menjadi pintu masuk favorit bagi jaringan transnational crime itu, Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Batam, Nyanyang Haris Pratimura mengimbau, kepada masyarakat agar selalu waspada terhadap pergerakan  radikal teroris di Indonesia.

Karena menurutnya, keamanan terkait terorisme tidak hanya menjadi tanggung jawab aparat keamanan dan pemerintah saja, melainkan menjadi tanggung jawab bersama. Terlebih lagi, Kota Batam yang wilayahnya berbatasan langsung dengan negara tetangga, Singapura dan Malaysia.

“Mulai dari keluarga dan lingkungan masyarakat agar selalu saling mengingatkan untuk waspada, supaya tidak mudah terpengaruh dengan orang lain,” tutur Nyanyang menjawab BATAMTODAY.COM, Minggu (27/12/2015).

Karena itulah, Nyanyang berharap agar pihak keamanan dari kepolisian dan TNI dapat meningkatkan pengamanan di jalur-jalur yang dianggap rawan sebagai pintu masuk kelompok radikal dan teroris.

Sementara itu, menanggapi masuknya calon “pengantin” bom bunuh diri ke Indonesia via Batam itu, Kapolresta Barelang, Kombes Asep Safrudin mengatakan, urusan teroris sudah ditangani oleh Densus 88 Anti Teror. Domain pengamanannya khusus, dan ditangani secara khusus oleh tim yang khusus pula. 

“Kepolisian itu ada satuannya, dan yang menangani soal teroris atau segala macam, adalah Densus 88. Namun saya belum mendapat informasi kalau ada teroris yang masuk melalui Batam,” tambah Kapolresta Barelang Batam itu lagi.

Seharusnya, dengan semakin banyaknya kasus-kasus transnational crime yang terkuak dan terkait langsung dengan Batam, semua pihak yang berwenang di Batam semakin ekstra waspada. Termasuk, dalam hal ini adalah Kantor Imigrasi Kelas I Batam. 

Karena merekalah yang memiliki kewenangan langsung menarima atau menolak warga negara asing yang akan masuk ke Indonesia. 

Tapi sayang, pejabat Kantor Imigrasi di Batam bukan saja “mudah” ditembus oleh jaringan kelompok radikal dan bandar narkoba serta traficking. Tapi, mereka juga “pelit” dalam memberikan konfirmasi dan penjelasan kepada pers. Beberapa kali BATAMTODAY.COM menghubungi baik via ponsel maupun pesan pendek, kepada Kepala Bidang Wasdakim Kantor Imigrasi Batam, Rafli, tak ada satu pun yang direspon.  

Padahal, 2 pertanyaan sudah disampaikan. Yaitu, mengenai pengawasan para pejabat Kantor Imigrasi Kelas I Batam terhadap orang asing, apakah terlalu longgar? Sehingga, mudah ditembus kelompok radikal dan jaringan transnational crime lainnya? 

Kemudian, kami susul dengan pertanyaan kedua, apakah para petugas Kantor Imigrasi Batam sudah dilengkapi dengan kemampuan membaca body language setiap orang asing, sehingga dapat mendeteksi dini mereka jangan sampai masuk ke Indonesia via Batam. 

Tapi, lagi-lagi hak publik untuk mengetahui apa saja yang telah dan akan dilakukan oleh para pejabat Kantor Imigrasi Kelas I Batam untuk menangkal masuknya jaringan kelompok teroris via Batam itu, tersumbat. Barangkali, Penjabat Gubernur Kepri, Ketua DPRD Provinsi Kepri, DPR RI, Kapolri bahkan Presiden Jokowi yang bisa “memaksa” mereka itu lebih terbuka kepada publik. 

Sehingga, warga Batam merasa aman. Karena ternyata, para pejabat di Kantor Imigrasi Kelas I Batam itu sudah siap dalam menangkal jaringan teroris itu. Tapi, kalau tidak siap? 

Editor: Dardani