Jaga Stabilitas Nasional, Menag Ajak Kepala Daerah Perkuat Kerukunan Umat Beragama
Oleh : Redaksi
Kamis | 27-02-2025 | 12:24 WIB
Menag-Nasaruddin.jpg
Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, saat memberikan pembekalan kepada kepala daerah yang mengikuti kegiatan Retreat di Magelang, Rabu (26/2/2025). (Kemenag)

BATAMTODAY.COM, Magelang - Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, mengajak seluruh kepala daerah yang mengikuti kegiatan Retreat di Magelang untuk bersama-sama menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia.

Menurutnya, kerukunan ini menjadi salah satu kekuatan utama yang menjaga stabilitas negara di tengah kemajemukan yang luar biasa.

"Indonesia adalah negara dengan tingkat pluralisme yang sangat tinggi. Dengan 17 ribu pulau, 1.300 suku, dan 718 bahasa lokal, tidak ada negara lain yang seplural Indonesia. Salah satu faktor utama yang menjaga stabilitas bangsa ini adalah kerukunan umat beragama," ujar Menag, Rabu (26/2/2025), demikian dikutip laman Kemenag.

Menag mengungkapkan Indonesia beberapa kali diprediksi akan mengalami perpecahan seperti Uni Soviet dan Balkan. Namun, hingga saat ini, Indonesia tetap berdiri kokoh. Penelitian menunjukkan bahwa harmoni antarumat beragama menjadi kunci utama dalam menjaga persatuan bangsa.

"Jika umat beragama hidup rukun, maka tidak ada kekuatan apa pun yang dapat mengacaukan Indonesia," lanjutnya.

Dalam kesempatan ini, Menag juga menekankan pentingnya peran Kementerian Agama dalam menjaga keharmonisan di setiap daerah. Oleh karena itu, ia meminta kepala daerah untuk bersinergi dalam memperkuat Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) sebagai wadah dalam menjaga toleransi antarumat beragama.

"Sebagai pemimpin daerah, jangan abaikan peran FKUB. Institusi keagamaan di daerah memiliki peran krusial dalam menjaga stabilitas sosial," tegas Menag.

Ia juga mengingatkan tanpa kerukunan umat beragama, pertumbuhan ekonomi yang tinggi pun tidak akan berarti. Meningkatnya nilai ekspor dan pertumbuhan ekonomi akan sia-sia jika negara dilanda konflik berbasis agama.

Menag mengimbau pemerintah daerah untuk lebih waspada terhadap potensi konflik keagamaan. Ia menegaskan bahwa langkah pencegahan harus dilakukan sejak dini agar kejadian seperti di Poso dan beberapa daerah lain tidak terulang kembali.

"Jangan terlambat dalam menangani konflik berbasis agama. Jika dibiarkan berkembang, dampaknya akan sangat besar," ujarnya.

Menag juga mengingatkan agar agama tidak digunakan untuk kepentingan politik atau agenda jangka pendek. "Agama memiliki kekuatan besar, layaknya energi nuklir. Jika dimanfaatkan dengan baik, agama dapat menjadi pendorong pembangunan. Namun, jika disalahgunakan, dampaknya bisa sangat berbahaya," ungkapnya.

Sebagai penutup, Menag mengajak seluruh kepala daerah untuk menjadikan agama sebagai kekuatan pemersatu bangsa. "Jika kita fokus pada aspek positif agama, maka agama akan menjadi motor penggerak pembangunan yang dahsyat. Sebaliknya, jika agama digunakan untuk memecah belah, dampaknya akan sangat destruktif," pungkasnya.

Editor: Gokli