Menlu Retno Marsudi Serukan Tindakan Konkret untuk Penghapusan Senjata Nuklir
Oleh : Redaksi
Jum\'at | 27-09-2024 | 14:24 WIB
Retno-Marsudi3.jpg
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi, saat berpidato dalam Pertemuan Tingkat Tinggi Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memperingati Hari Internasional Penghapusan Total Senjata Nuklir. (Kemlu)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi, kembali menegaskan komitmen Indonesia dalam memperjuangkan dunia bebas senjata nuklir.

Dalam Pertemuan Tingkat Tinggi Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memperingati Hari Internasional Penghapusan Total Senjata Nuklir, Menlu Retno menyerukan perlunya tindakan nyata guna mengatasi ancaman nuklir global.

Dalam pidatonya, Menlu Retno menyatakan, meski dunia memimpikan masa depan yang damai, ancaman senjata nuklir tetap menghantui. "Saat ini, sebanyak 13.000 senjata nuklir masih dimiliki oleh sejumlah negara, termasuk yang berada di luar Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT)," ungkapnya, demikian dikutip laman Kemlu, Jumat (27/9/2024).

Retno juga menyoroti kekhawatiran internasional terhadap meningkatnya retorika agresif terkait nuklir dan penurunan komitmen global terhadap perjanjian pengendalian senjata. "Kemajuan teknologi, seperti kecerdasan buatan (AI), semakin memperumit risiko senjata nuklir," tambahnya.

Ia pun mempertanyakan apakah rasa takut terhadap senjata nuklir dapat menjamin perdamaian. "Jawaban Indonesia akan selalu tidak."

Dalam kesempatan tersebut, Menlu Retno juga menggarisbawahi langkah tegas Indonesia dengan menyerahkan instrumen ratifikasi Perjanjian Pelarangan Senjata Nuklir (TPNW) kepada PBB pada 25 September lalu. Ia menegaskan bahwa Indonesia tidak akan tinggal diam di tengah meningkatnya risiko perang nuklir, yang saat ini lebih besar dibandingkan dengan masa Perang Dingin.

Tiga Langkah Konkret

Menlu Retno menyerukan tiga langkah konkret yang harus menjadi fokus global dalam menghadapi ancaman senjata nuklir.

Pertama, pentingnya dimulainya kembali negosiasi perlucutan senjata. "Diam bukanlah pilihan. Kita harus memperbarui komitmen politik dan meningkatkan upaya untuk mencapai perlucutan senjata serta membangun kembali kepercayaan global," ujarnya.

Kedua, menanggapi perkembangan teknologi. Retno menyerukan pentingnya regulasi yang ketat guna menghindari konflik nuklir akibat kemajuan teknologi yang tidak terkendali.

Ketiga, menjaga perdamaian. Menlu Retno menekankan bahwa untuk menciptakan perdamaian, perlu mengesampingkan perpecahan dan ketidakpercayaan, serta memilih jalan kerja sama dan komitmen terhadap perdamaian yang abadi.

Menutup pidatonya, Retno menyatakan bahwa keputusan yang diambil saat ini akan menentukan masa depan generasi mendatang. "Rasa takut tidak boleh menjadi penentu masa depan kita. Indonesia akan terus teguh berjuang untuk penghapusan total senjata nuklir," tutupnya.

Editor: Gokli