Kemenparekraf Ajak Para Penulis Travel Tetap Produktif dan Kreatif Saat Pandemi
Oleh : Redaksi
Jum\'at | 14-08-2020 | 20:04 WIB
virtual-talkshow.jpg
Virtual talkshow 'Catatan Harian Penulis, Dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru'. (Kemenparekraf)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Situasi pandemi yang membatasi perjalanan fisik tidak seharusnya juga membatasi penulis dalam mencari kreativitas.

Seorang penulis dapat memanfaatkan perjalanan memori dari perjalanan-perjalanan yang pernah ia lakukan sebelumnya untuk menggali kreativitas untuk bercerita lewat tulisan.

Agustinus Wibowo, travel blogger yang juga seorang penulis buku trilogi perjalanan mengatakan, sebagai seorang penulis perjalanan tentu sangat bergantung dalam perjalanan fisik untuk menggali sebuah cerita. Namun kondisi sekarang yang terbatas karena pandemi membuat perjalanan fisik sulit untuk dilakukan.

"Tetapi sebagai seorang penulis, kita bisa menggali kreativitas atau sumber ide cerita dari memori kita atas perjalanan kita sebelumnya dan kontemplasi atas perjalanan tersebut," kata Agustinus dalam virtual talkshow 'Catatan Harian Penulis, Dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru', Kamis (13/8/2020), mengutip siaran pers Kemenparekraf.

Turut hadir dalam virtual talkshow tersebut writerpreneur dan juga founder Elang Tempur Kirana Kejora, Ketua Umum Asosiasi Persatuan Penulis Indonesia SATUPENA Nasir Tamara serta Konsultan Penerbitan dan Penerbit Binsar Hiras, Evin Tobing. Acara yang digelar Kemenparekraf/Baparekraf ini membahas tantangan dan peluang subsektor penerbitan pada masa #AdaptasiKebiasaanBaru serta apa saja kiat bagi penulis agar tetap produktif berkarya dalam situasi saat ini.

Agustinus menjelaskan, perjalanan memori tidak sekadar memutar ulang memori atas perjalanan yang pernah dilakukan. Tapi harus mencari makna dari apa yang telah dilalui tersebut. Dalam menulis, sejatinya proses pencarian makna justru hal penting yang harus didapat oleh seorang penulis.

"Mumpung nggak bisa kemana-kemana, sekarang waktu yang baik untuk menggali memori kita apa sih makna perjalanan kita? Kalau sudah punya makna maka kita akan punya tulisan yang lebih kuat," kata Agustinus.

Selain itu, masa pandemi juga bisa dimanfaatkan penulis untuk menata ulang karya-karyanya agar bisa disesuaikan dengan perkembangan digital. Penulis harus dapat menghadirkan karya-karyanya dengan lebih inovatif, kreatif melalui platform digital termasuk cara berpromosi.

"Banyak kelas menulis perjalanan yang digelar secara daring sehingga lebih efisien. Manfaatkan semuanya untuk mengembangkan diri," kata Agustinus.

Hal senada dikatakan Kirana Kejora. Seorang penulis tidak boleh ada kata mati dalam belajar. Bagi penulis pemula ataupun mereka yang baru ingin memulai menulis, ia berpesan agar tidak takut untuk menulis. Modal seorang penulis adalah niat dan berani untuk menulis.

"Kita harus berani menulis, menulis juga jangan selalu berharap pujian tapi juga berani untuk dicaci maki. Tetapi apapun itu kita harus tetap jalan selama karya kita tidak merugikan orang lain," kata Kirana.

Sementara Ketua Umum Asosiasi Persatuan Penulis Indonesia SATUPENA, Nasir Tamara, mengatakan, selain menulis apa yang kita tahu, seorang penulis juga harus memiliki hasrat untuk menyampaikan sesuatu. Baru kemudian bisa berbicara teknik seperti rasa bahasa dan tata bahasa.

"Banyak yang bisa diceritakan dalam sebuah peristiwa. Kalau bisa mendapat angle yang tepat akan banyak yang baca. Perkaya dengan riset, wawancara, serta kamus dan ensiklopedia," ujarnya.

Ia pun berharap semakin banyak penulis bermunculan sehingga dapat mendongkrak laju dunia perbukuan di Indonesia.

"Penerbitan sebagai salah satu subsektor ekonomi kreatif masih berada di nomor 5 setelah kuliner, fashion, kriya, serta tv dan radio. Baru menyerap 460 ribu tenaga kerja di Indonesia. Diharapkan dapat terus meningkat," kata dia.

Direktur Pengembangan SDM Ekonomi Kreatif Kemenparekraf/Baparekraf Muh. Ricky Fauziyani yang dalam kesempatan ini diwakili Kepala Subdirektorat Edukasi II Direktorat Pengembangan SDM Kemenparekraf/Baparekraf, Jemmy Alexander, mengatakan virtual talkshow ini dilaksanakan untuk memberikan wawasan tambahan dalam mengembangkan, mendorong, serta mengajak para pelaku ekonomi kreatif agar tetap produktif di masa adaptasi kebiasaan baru.

"Harus ada inovasi, kreativitas, ataupun pemikiran baru yang harus segera kita susun dan sepakati bersama agar program-program kita terus berjalan, khususnya di dunia ekonomi kreatif subsektor penerbitan," kata Jemmy.

Editor: Gokli