Jika Tak Sanggup Merugi, Lebih Baik Dihentikan

Gugus Tugas Minta Layanan Rapid Test di Semua Rumah Sakit di Kepri Maksimal Rp 150 Ribu
Oleh : Redaksi
Kamis | 09-07-2020 | 19:36 WIB
Tjejep_yudiana_gugus-1.jpg
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kepri, Tjetjep Yudiana. (Dok Batamtoday.com)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau menyatakan tarif pemeriksaan cepat melalui rapid test antibodi mendapat penyesuaian menjadi maksimal Rp 150.000.

Kepala Dinas Kesehatan Kepri, Tjetjep Yudiana mengatakan, penyesuaian tarif pemeriksaan cepat dengan metode rapid test sesuai dengan Surat Edaran Kemenkes nomor: HK.02.02/1/2875/2020 tentang Batasan Tarif Tertinggi Pemeriksaan Rapid Test Antibodi. Surat edaran tersebut diteken Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan pada 6 Juli 2020.

Kebijakan itu, menurut dia wajib dilaksanakan seluruh rumah sakit pemerintah maupun swasta. "Ini (kebijakan) berlaku untuk seluruh rumah sakit yang memberi pelayanan pemeriksaan cepat dengan menggunakan rapid test," katanya, Rabu (8/7/2020) seperti dilansir laman resmi Diskominfo Kepri.

Tjetjep yang juga Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kepri mengatakan, pihaknya sudah mengingatkan seluruh rumah sakit yang memberi pelayanan pemeriksaan dengan menggunakan rapid test antibodi agar melakukan penyesuaian tarif maksimal.

Sebagai contoh, Rumah Sakit Raja Ahmad Thabib (RSUP Kepri) selama ini menerapkan tarif kepada masyarakat sekitar Rp 400.000, wajib menyesuaikan tarif, meski mengalami kerugian. RSUP Kepri membeli satu alat rapid test dengan harga Rp 200.000, dipastikan mengalami kerugikan bila menerapkan tarif baru Rp 150.000.

"Tarif Rp 400.000 itu akumulasi dari alat rapid test dan alat pelindung diri tenaga kesehatan, serta biaya lainnya. Ya, kalau tarif maksimal menjadi Rp 150.000, pasti rugi. Saya sampaikan kepada pihak rumah sakit lebih baik rugi daripada melanggar kebijakan," tegasnya.

Tjetjep mengatakan pihak rumah sakit dapat memilih apakah tetap memberi pelayanan berupa pemeriksaan kesehatan melalui rapid test antibodi atau tidak. Jika mengalami kerugian, pihak rumah sakit dapat menghentikan pelayanan.

"Kalau tidak sanggup, tidak perlu dilaksanakan," katanya.

Editor: Gokli