Secarik Catatan Kemerdekaan dari Arief Puyono

Kembalikan Kemerdekaan di Rumah Kelahirannya, Bukan di Istana Bekas Kolonial
Oleh : Hendra Mahyudi
Sabtu | 17-08-2019 | 16:29 WIB
pembacaan-proklamasi.jpg
Pembacaan tesk proklamasi di Pengangsaan Timur, No 56 (Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Batam - Indonesia Tanah Airku. Tanah Tumpah Darahku. Di sanalah aku berdiri. Jadi pandu Ibuku. Indonesia Kebangsaanku. Bangsa dan Tanah Airku. Marilah kita berseru: Indonesia bersatu!

Kalimat di atas adalah sepenggal lirik dari lagu kebangsaan Indonesia Raya. Lagu yang selalu menggema di setiap momentum perayaan hari ulang tahun negeri ini, sebagai pengingat bahwa pahlawan negera kita pernah berjuang mati-matian demi kemerdekaan di tanah ibu pertiwi bernama NKRI.

Namun sayang, kemerdekaan yang dahulu silam diperjuangkan para pahlawan pendiri bangsa, masihkan memiliki makna kemerdekaan yang sejatinya?

Mengutip pernyataan Arief Poyuono, Wakil Ketua Umum DPP Gerindra, marilah kita teriak Merdeka! Merdeka! Namun di Rumah Kemerdekaan, tempat awal teks proklamasi dikumandangkan bukan di istana penjajah yang katanya sekarang disebut Istana Merdeka itu.

Kita semua pasti memahami, memerdekaan adalah berkah dari sang khalik kepada setiap umat manusia, setiap suku, ras, agama atau keyakinan yang merupakan satu kesatuan dari Bangsa Indonesia.

Dan zat Yang Maha Esa itu jugalah yang memilih sertakan dan menetapkan tempat di mana teks proklamasi dibacakan berisi kalimat-kalimat yang menggaungkan bahwa negara ini sudah berdiri dengan nama Indonesia, atau Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang merdeka dan berdaulat dari penjajahan kolonial Jepang dan Belanda.

"Sayangnya, setiap 17 Agustus pernyataan bahwa Indonesia sudah merdeka atau teks Proklamasi dibacakan kembali selalu tempatnya di istana penjajahan Jepang dan Belanda dan bukan ditempat turunnya wahyu Kemerdekaan untuk Bangsa Indonesia yakni di rumah Bung Karno di pengangsaan timur 56," ujar Arief, Sabtu (17/8/2019).

Baginya tak hanya perihal tempat pembacaan teks kemerdekaan, hal lainnya tangan Sang Khalik juga menentukan di mana sangsaka Merah Putih yang dijahit oleh Ibu Fatmawati tidak dikibarkan di istana para penjajah yang kita sebut sekarang Istana Kemerdekaan.

"Seharusnya kita sadar" kata Arief, kenapa Tuhan tidak menghendaki teks proklamasi dan bendera kebangsaan tidak dibacakan dan dikibarkan di lapangan Ikada, dan kenapa juga teks proklamasi tidak dibacakan di istana bekas Gubernur Jendral Hindia-Belanda dan Panglima Militer Jepang. Karena kuasa Tuhan ingin momentum ini ditempatkan di sebuah rumah di Pengangsaan Timur, No-56 tempat Bung Karno tinggal.

"Maksudnya adalah bahwa bangsa Indonesia tidak disatukan untuk membentuk negara Indonesia yang merdeka di lapangan ataupun istana penjajah. Bangsa Indonesia harus tinggal di satu rumah besar yang tidak ada sekat untuk saling bertemu, saling bersatu dan saling menyayangi," terang Arief.

Sedangkan menurut Arief, jika di istana pejajah (sekarang Istana Merdeka) maka artinya penjajahan itu masih ada, dan kemerdekaan hanyalah milik kaum ningrat atau pejabat negara, dan juga baginya istana hanyalah simbol pemisahan antara penguasa dan rakyat.

Sudah seharusnya rumah tempat wahyu kemerdekaan itu turun menjadi satu tempat yang layak kita beri nama Rumah Kemerdekaan Indonesia. "Lihat saja Amerika, negara adidaya itu tidak memberikan nama tempat Presiden mereka bekerja dan tinggal sebagai istana namun sebagai rumah yakni White House," terangnya.

"Pun setiap 17 Agustus, pembacaan teks proklamasi serta pengibaran sangsaka merah putih selayaknya kembali dibacakan di jalan Pengangasaan Timur No 56 seperti awal pertama dibacakan dan dikibarkan," tambahnya.

Di akhir pernyataan, Arief berharap semoga secarik catatan kecilnya ini membuat kita semua sadar kenapa bumi pertiwi yang katanya sudah merdeka ini tetap menangis. Tentu karena masyarakatnya belum sepenuhnya merdeka dari kemiskinan dan pembodohan terselubung.

"Merdeka Merdeka... Kata ini saya ucapakan seakan saya berucap di rumah Bung Karno, di Pengangsaan Timur No 56 bukan di Istana Penjajah (Istana Kemerdekaan) yang hari ini lagi merayakan Kemerdekaan Republik Indonesia," tutupnya.

Editor: Yudha