Perum Perindo Natuna Krisis Keuangan, Imbasnya Tak Mampu Tampung Hasil Tangkapan Nelayan
Oleh : Kalit
Selasa | 18-06-2019 | 09:16 WIB
ilustrasi-ikan.jpg
Ilustrasi kegiatan jual ikan di Perindo. (Kalit)

BATAMTODAY.COM, Natuna - Perusahaan Umum Perikanan Indonesia (Perum Perindo) di Selat Lampa, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri, kini mengalami krisis keuangan, sehingga tidak dapat menampung para pengepul khususnya ikan selayang yang kini banjir di pasaran.

Hal ini disampaikan Robertto, Penanggung Jawab Kegiatan Usaha Unit Natuna Perum Perindo Selat Lampa. Pihaknyaa, di tahun ketiga memberhentikan pembelian ikan selayang untuk sementara dari Nelayan Bagan.

"Saat ini untuk ikan dengan jenis tamban dan terutama selayang, kondisi pasaran Indonesia sedang panen dan benar-benar banjir. Sehingga, harga menjadi sangat murah," terang Robertto kepada BATAMTODAY.COM, Senini (17/6/2019).

Akan hal ini, Pihak Perindo juga mengalami hutang-piutang kepada pihak pengepul ikan selayang untuk wilayah Kabupaten Natuna.

"Saat ini harga ikan selayang sangat murah, jadi untuk sementara ikan masih dalam pabrik belum dijual. Dengan kondisi seperti ini, akhirnya pabrik yang proses ikan selayang dan tamban tidak bisa melepas ikannya di pasaran," ujarnya.

Ditambah Robertto, peristiwa banjir ikan selayang ini juga berdampak pada daerah Jawa dan Kalimantan. Para pelaku usaha pabrik ikan lainnya juga banyak menahan ikan dan tidak melakukan pembelian sementara menunggu harga ikan kembali stabil.

Hadirnya Perindo di Natuna sampai hari ini genap 3 tahun. Untuk tahun pertama dan tahun kedua dalam kondisi banjir seperti sekarang, Perindo masih tetap menyerap hasil tangkapan nelayan.

"Untuk nelayan pancing, Perindo masih tetap menampung dan membelinya. Namun untuk nelayan bagan untuk sementara waktu diberhentikan," ungkapnya.

Silanjutakn, nelayan di Natuna setelah dipelajari mengadopsi sistem induk semang. Dimana dia bersemang, di situ dia miliki induknya. Nelayan bagan yang sekarang sulit untuk menjual dikarenakan tempat biasa menjual juga menolak. Akhirnya, disebutlah Perindo yang tidak menyerap hasil. Padahal kondisi di pasaran benar-benar sulit untuk saat ini.

"Ada 2 kemungkinan yang masih kita kaji saat ini. Pertama, kita menurunkan harga, kedua stop beli dan stop proses secara menyeluruh terkait ikan hasil bagan," lanjutnya.

Perindo Natuna pun kini mencari solusi untuk menanggapi permasalahan ikan selayang yang banjir di lapangan. Padahal, di rencana awal pafa tahun ketiga ini, Perindo akan melakukan penjualan siap ekspor produk langsung ke negara tujuan.

"Sekarang tinggal hanya merubah produk yang biasanya kita kirim utuh ke arah produk yang sudah diolah, sehingga ada nilai jualnya," imbuhnya.

Terkait keterpurukan krisis keuangan, progres SKPT Natuna masih lebih maju selangkah ketimbang 11 SKPT yang tersebar di seluruh indonesia. Hal ini Mungkin salah satu bentuk perhatian dari pemerintah terhadap Natuna.

Editor: Chandra