Sebaiknya Anda Tahu, Ini Tanda-tanda Peringatan Dini Banjir Bandang
Oleh : Redaksi
Selasa | 16-10-2018 | 12:17 WIB
banjir-mandailing11.jpg
Banjir di Mandailing Natal. (Foto: Tribun Medan)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Badan Meteorologi, Kkimatologi dan Geofisika (BMKG) telah menganalisis kondisi potensi hujan ekstrem selama satu minggu ke depan yang dapat mengakibatkan banjir bandang.

"Ada beberapa tanda-tanda peringatan dini akan terjadinya banjir bandang. Air sungai yang tiba-tiba keruh atau mengalir bersama lumpur, pasir bahkan ranting pohon. Kadang juga disertai kenaikan muka air sungai sekitar 10 sampai 20 sentimeter," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawari di Kantor BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (15/10/2018).

Dwikorita menjelaskan bahwa secara keilmuan, banjir bandang dikontrol oleh tiga kondisi utama yakni: Pertama, kondisi geologi yang terjadi pada daerah hulu dari sungai-sungai yang mengalir di zona pegunungan dengan tektonik aktif. Berkaitan dengan kondisi patahan aktif dan kekar-kekar yang membentuk pegunungan dan lembah-lembah sungai.

Kedua, kata dia, kondisi seismisitas atau kegempaan dengan kekuatan mulai dari magnitudo 2,5 hingga 4. Kemudian, ketiga, adalah adanya curah hujan ekstrem yang memicu terjadinya banjir bandang.

"Jika terjadi satu tanda saja, itu harus segera keluar dari lembah sungai, meskipun tidak ada hujan. Karena di daerah terdampak tidak terkena hujan ekstrem, banjir bandang akan datang sangat cepat, karena hanya beberapa detik dan surut sangat cepat. Harus segera berpindah dari hulu sungai," kata Dwikorita.

Ketiga kondisi tersebut dapat mengakibatkan terjadinya longsor-longsor atau runtuhan batuan pada lereng dan lembah sungai pegunungan atau perbukitan aktif. Endapan longsor tersebut terakumulasi dalam lembah yang akhirnya membendung aliran sungai dari arah hulu.

BMKG telah menganalisis bahwa ada beberapa tempat yang berpotensi mengalami banjir bandang dalam kurun waktu satu minggu ke depan, yakni Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku Utara dan Papua. Wilayah tersebut rentan karena berada di sekitar zona tektonik aktif, yaitu kaki perbukitan struktural yang curam dan berbentuk memanjang.

"Selain itu hal yang harus dilakukan adalah perlu melakukan inspeksi di hulu sungai, untuk melacak adanya endapan-endapan longsor di hulu sungai," tambah Dwikorita.

"Endapan tersebut perlu segera ditangani agar tidak terakumulasi membendung sungai dan akhirnya jebol meluncur ke bahwa saat hujan ekstrem terjadi."

Sumber: Tempo.co
Editor: Yudha