Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ini Kisah Nikki, Kakaktua yang Lolos dari Teror Sanca Raksasa
Oleh : Redaksi
Rabu | 01-11-2017 | 09:26 WIB
phyton-mangsa-kakatua.gif Honda-Batam

PKP Developer

Nikki sang burung beo sedapat mungkin menjauh dari mulut ular, yang untungnya tak bisa menembus jeruji kandangnya.(Sumber foto: BBC Indonesia)

BATAMTODAY.COM, Singapura - Seekor burung beo peliharaan di Singapura diselamatkan dari mulut kematian, setelah pemiliknya menemukan seekor ular piton besar melilit kandang sang burung yang ketakutan.

Ular berukuran 1,5 meter itu ditemukan pada Senin (30/10), di rumah keluarga Melvin Yap.

Dengan sebatang tongkat, Yap menurunkan sanca itu, lalu kemudian menyerahkannya kepada lembaga penyelamatan binatang.

Yap berkisah bahwa burung peliharaan mereka, Nikki namanya, selamat tanpa cedera, namun 'membeku ketakutan.'

Ular besar bukan hal jarang di Singapura, yang dihuni banyak satwa liar.

Terbangun dan berteriak

Yap mengatakan bahwa dia masih tidur Senin pagi itu, namun terbangun oleh jeritan panik keluarganya.

"Pekerja rumah tangga saya sedang membersihkan kandang burung. Ular itu tepat di depannya, namun dia tidak menyadarinya sampai istri saya melihatnya dan menjerit 'Ular!'," katanya.

"Lalu terjadi kepanikan dan kehebohan."

Yap bergegas turun. Lalu dibantu putrinya yang berusia 10 tahun, dengan menggunakan sebatang tongkat dia menyiasati ular itu dan mengarahkannya untuk masuk ke dalam kantong plastik besar.

Mereka kemudian memasukkannya ke dalam wadah ikan yang sudah tidak terpakai "agar ular itu tidak mati lemas," lalu menelepon lembaga penyelamatan hewan yang kemudian membawanya sore itu.

Yap mengatakan bahwa dia "hanya ingin cepat mengatasi situasi itu dan memastikan orang-orang yang saya cintai tidak terluka".

"Setelah saya menangkapnya, saya menyadari bahwa ular itu lebih ketakutan terhadap kami dibanding sebaliknya. Ular itu bersikap defensif: meringkuk dalam posisi melindungi dirinya sendiri."

Dia menambahkan bahwa keluarganya tidak begitu takut terhadap ular itu, begitu menyadari bahwa ular itu adalah piton atau sanca yang tidak berbisa.

Sebelumnya sering juga terjadi sanca yang masih bayi ditemukan di rumah-rumah tetangganya, namun mereka sering terbunuh, kata Yap, yang rumahnya berada dekat dengan hutan.

Singapura, sebuah negeri pulau yang padat, masih memiliki kantong hutan tropis primer. Belakangan kejadian perjumpaan manusia dengan satwa liar seperti babi hutan, rusa, ular, dan monyet meningkat.

Beberapa waktu terakhir, di kawasan Asia Tenggara juga terjadi beberapa peristiwa menghebohkan terkait ular sanca atau piton raksasa, hewan yang banyak ditemui di Asia Tenggara.

Maret lalu, seorang pria asal Sulawesi Barat tewas ditelan ular piton dan beberapa pekan lalu seorang lelaki di Riau terluka parah setelah bertarung dengan seekor ular piton yang kemudian dibunuh dan dimakan warga.

Sementara itu, Nikki sang kakatua nampaknya belum pulih dari trauma pengalaman yang mengancam jiwanya itu.

"Biasanya di pagi hari dia suka berkicau, tapi pagi ini sepi sekali. Tidak ada suara yang mucul dari burung malang ini," kata Yap.

"Saya kira kami harus memberinya biji bunga matahari yang banyak, untuk menghiburnya."

Sumber: BBC Indonesia
Editor: Udin