Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pimpinan BP Batam Sudah On The Track?
Oleh : Saibansah
Senin | 16-10-2017 | 08:19 WIB
fitrah_ob.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Fitrah Kamaruddin. (Foto: Saibansah)

PERNAH didholimi, dipecat di tengah masa jabatannya sebagai Deputi V Bidang Pelayanan Umum Badan Pengusahaan (BP) Batam, yang diraihnya melalui proses fit and proper test, Fitrah Kamaruddin mengaku sudah move on, iklhas. Bahkan, secara jernih dia melihat para pimpinan BP Batam saat ini sudah on the track. Benarkah? Berikut penuturan alumni Brawijaya Malang itu kepada wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah Dardani di Sumatera Cafe Pelabuhan Batam Center, Sabtu, 14 Oktober 2017.

Tekanan dan desakan pemecatan tujuh orang pimpinan BP Batam yang terus menerus disuarakan, sesungguhnya tak lebih dari perlawanana 'para calo'. Selama ini, Batam itu dikuasai para calo, ya calo di Batam dan calo di Singapura. Jadi, ketika tujuh orang pimpinan BP Batam itu datang, mereka melakukan pembersihan para calo, menjeritlah mereka semua. Yang terjadi sekarang ini sesungguhnya adalah perlawanan para calo, tidak lebih.

Para calo itu selama ini menguasai lahan di Batam. Merekalah sesunggunya yang membuat investasi di Batam stagnan dan mahal. Karena cost investasi jadi mahal. Mereka mendapat alokasi lahan dari BP Batam, tapi tidak dibangun apa-apa, kecuali untuk dispekulasi. Dan selama ini, mereka sudah menikmati manisnya berburu rente itu. Tapi, sekarang pesta telah usai, para pimpinan BP Batam sekarang ini, tak mau lagi membiarkan Batam dikuasai para calo.

Maka, lahan-lahan tidur pun dicabut dari tangan para calo. Lahan-lahan itulah yang kemudian diberikan kepada investor benaran, bukan spekulan. Jadi, untuk apa BP Batam promosi menarik investasi ke luar negeri, kalau setelah investor berminat menanamkan modalnya, tapi tanahnya tidak ada, dikuasai calo, sama saja bohong.

Terus, soal investasi turun dan pertumbuhan ekonomi melambat di Batam, itu adalah dampak ekonomi global. Cek ke seluruh dunia, apakah di belahan dunia lain tidak terjadi hentakan dampak penurunan ekonomi global. Sama. Seluruh dunia sekarang ini merasakan perlambatan gerak ekonomi dan penurunan investasi. Jadi, semua itu bukan salah tujuh orang pimpinan BP Batam itu.

Kemudian, mengapa para pimpinan BP Batam itu dikesankan seolah-oleh tidak mau berkomunikasi dengan kalangan pengusaha atau pemerintah daerah. Sesungguhnya, mereka sekarang ini sedang fokus membersihkan jaringa para calo di kalangan internal BP Batam. Selain terus menarik lahan-lahan tidur yang selama puluhan tahun dikuasai para calo.

Nah, saat mereka sedang fokus itulah, mereka tidak mau terjadi hubungan emosional. Jika mereka ngopi bareng di kedai-kedai kopi dengan pengusaha dan para calo, akan terbangun hubungan emosional. Sehingga, ketika mereka akan menerapkan langkah dan kebijakan menarik Batam dari jeratan para calo, akan berat. Karena diantara mereka telah terbangung hubungan emosional.

Sedangkan soal kesan tidak mau berkomunikasi dengan pemerintah daerah atau tertutup dengan media, itu sejatinya adalah karena para pimpinan BP Batam itu tidak mau frontal berhadap-hadapan dengan pemerintah daerah. Mereka saat ini benar-benar fokus dulu memperbaiki internal BP Batam dan iklim investasi internal.

Yang sesungguhnya 'berdosa besar' dalam jaringan bisnis percaloan di Batam itu adalah para notaris. Merekalah yang terlibat dalam proses legalisasi semua rangkaian kegiatan bisnis para calo di Batam. Kalau aparat penegak hukum mau bergerak, mereka bisa terjerat hukum. Makanya, para notaris itu sekarang ini tutup mulut semua.

Jadi, tujuh pimpinan BP Batam itu sudah on the track. Tak ada kepentingan masyarakat kecil yang dirugikan oleh kebijakan-kebijakan pimpinan BP Batam itu. Hanya kepentingan para calo yang terkena imbas dari kebijakan Perka 10 BP Batam. Lalu, untuk apa pemerintah pusat harus menuruti tekanan pemecatan mereka? Apalagi sampai harus membubarkan BP Batam. Sudahlah bro! Ayo bertaubat, taubatan nasuha!

Editor: Dardani