Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tuduhan Tanpa Bukti, Nadal Tuntut Mantan Menteri Olahraga Perancis Rp1,59 Miliar
Oleh : Redaksi
Sabtu | 14-10-2017 | 16:18 WIB
etennis-spanyol.gif Honda-Batam

PKP Developer

Petenis asal Spanyol, Rafael Nadal, menjalani partai final Perancis Terbuka (Roland Garros) 2017 kontra Stan Wawrinka (Swiss) di Paris, Perancis, Minggu (11/6/2017).(Sumber foto: AFP)

BATAMTODAY.COM, Perancis - Rafael Nadal melayangkan tuntutan sebesar 100.000 euro (sekitar Rp1,595 miliar) kepada mantan menteri olahraga Perancis, Roselyne Bachelot. Ini sebagai buntut dari pernyataan Bachelot yang menilai Nadal pura-pura cedera pada tahun 2012 karena gagal tes doping.

Bachelot, yang menjadi menteri olahraga pada 2007-2010, mengungkapkan hal itu kepada televisi Perancis pada tahun 2016. Ini yang membuat Nadal marah dan menempuh jalur hukum.

"Tak perlu diragukan lagi, cedera Nadal selama tujuh bulan itu karena dia positif (tes doping)," demikian pernyataan Bachelot di televisi Perancis saluran D8 pada 7 Maret 2016.

Pernyataan itu sangat menyinggung Nadal sehingga pemain nomor satu dunia tersebut melayangkan gugatan. Peraih 16 gelar grand slam ini merasa sangat direndahkan.

"Melalui kasus ini, saya berniat tidak hanya mempertahankan integritas dan citraku sebagai seorang atlet tetapi juga nilai-nilai yang sudah saya bela sepanjang karierku," demikian pernyataan Nadal.

"Saya juga ingin menghindarkan para tokoh publik membuat tuduhan yang salah atau menghina seorang atlet melalui media tanpa bukti atau dasar dan tidak dihukum," tambah pemain kidal asal Spanyol ini.

Dengar pendapat kasus ini sudah dilakukan di Paris pada Jumat (13/10/2017). Baik Nadal maupun Bachelot tidak hadir dalam acara tersebut.

Pengacara Nadal, Patrick Maisonneuve, mengatakan kepada pengadilan bahwa tuduhan doping itu memiliki dampak yang sangat besar. Nadal bisa ditinggalkan oleh para sponsor dan dijauhi mereka (sponsor) yang ingin menggandengnya.

Sementara itu pengacara Bachelot, Olivier Chappuis, berpendapat bahwa yang salah adalah program anti-doping Federasi Tenis Internasional. Ditambahkannya, ada kesenjangan yang besar antara kesuksesan dan kelemahan kontrol anti-doping.

Sumber: AFP
Editor: Udin