Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ini Tiga Alasan Mengapa Anda Tidak Bisa Lepas dari Ponsel
Oleh : Redaksi
Jum\'at | 06-10-2017 | 11:26 WIB
tak-bisa-lepas-ponsel.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Batam - Generasi milenial kini tak bisa lepas dari ponsel pintar. Berbagai kemampuan yang dimiliki membuat ponsel pintar sangat sulit lepas dari genggaman generasi milenial.

Tidak bisa dimungkiri bahwa smartphone sudah menjadi kebutuhan prioritas dan kegunaannya membantu keseharian di dunia yang serba canggih.

Meskipun begitu, banyak yang beranggapan bahwa membatasi diri dengan orang lain hanya lewat telepon genggam bisa menimbulkan kekecewaan.

Interaksi yang melibatkan kontak langsung dengan orang lain masih diperlukan. Namun, keinginan untuk terus berdekatan dengan smartphone masih menjadi prioritas utama.

Apa alasan utama manusia sangat sulit lepas dari ponselnya?

1. Bagian Dari Konsep "Extended Self"

Konsep diri pertama kali terbentuk saat masih berada dalam kandungan. Hal ini akan terus berkembang setelah lahir.

Seorang bayi akan terikat kepada pengasuh utama dan nantinya kepada barang-barang yang berada sekitarnya. Hal tersebut yang akan memunculkan konsep extended self.

Psikolog asal Amerika Serikat William James menjelaskan 'diri' sebagai semua hal yang bisa diberi tanda kepemilikan, bukan hanya badan dan kekuatan fisik, tetapi juga pakaian, rumah, istri, dan anak.

Kehilangan bagian dari extended self, yang berupa barang berharga, dapat menimbulkan rasa kehilangan besar. Maka tidak heran jika kehilangan kebiasaan menggenggam bahkan kehilangan ponsel dapat mengakibatkan kecemasan tinggi.

2. Mengingatkan Kembali Akan Hubungan Saling Peduli

Pengalaman masa kecil membentuk kepribadian seseorang, dalam hal ini teknologi menjadi cerminan lingkungan yang diciptakan orang tua dalam merawat anak-anaknya.

Psikiater asal Inggris Donald W. Winnicott menjelaskan bahwa lingkungan tersebut berfungsi di sekitar sentuhan, sebuah kesadaran yang dibutuhkan bayi, dan menjaga kontak mata.

Ketika menggunakan smartphone perasaan sentuhan dan kepemilikan tersebut dialami kembali. Teknologi menawarkan ruang di mana diri bisa merasa puas dan hidup. Sebuah ruang yang dulunya diberikan oleh pengasuh atau orang tua.

Ponsel mengingatkan akan sebuah momen intimasi, baik itu dari masa kanak-kanak atau kehidupan dewasa.

Dopamin dalam otak dan hormon cinta oksitoksin berperan dalam memberikan kesan kepemilikan dan rasa ketergantungan. Memegang ponsel memberikan efek yang sama seperti orang tua memandang anak-anaknya.

3. Memenuhi Keinginan Produksi

Antropolog Michael Taussig mengungkapkan bahwa sudah ada dalam sifat manusia untuk meniru, mengimitasi, dan mencari perbedaan seiring diri mencoba untuk menjadi lebh baik dan membentuk pribadi yang berbeda.

Dilansir dari Business Insider, ponsel membantu untuk mewujudkan hal tersebut, melalui potret diri atau selfie, manipulasi gambar, serta saling berkirim pesan kepada teman yang terjalin dalam sebuah percakapan dunia maya.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Gokli