Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Utang RI Bertambah, Cadangan Devisa Juli Tembus US$127,76 M
Oleh : Redaksi
Selasa | 08-08-2017 | 09:02 WIB
pelabuhan_kontainer.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Peningkatan cadangan devisa dipengaruhi oleh penerimaan devisa yang melampaui kebutuhan devisa, untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah. (Foto: ANTARA/Rivan Awal Lingga)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia mencapai US$127,76 miliar pada akhir Juli 2017. Angka itu US$4,67 miliar lebih tinggi dibanding dengan posisi akhir Juni 2017 yang sebesar US$123,09 miliar.

Dikutip dari keterangan resmi BI, Senin (7/8/2017), peningkatan cadangan devisa terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa yang melampaui kebutuhan devisa, utamanya untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas.

"Penerimaan devisa itu, antara lain berasal dari penerbitan global bonds pemerintah, penerimaan pajak dan devisa ekspor migas bagian pemerintah, serta hasil lelang SBBI valas," tutur Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman dalam keterangan resmi.

Sebagai pengingat, pada 11 Juli lalu, pemerintah menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) dalam dua valuta asing (dual-currency), yaitu denominasi dolar AS serta Euro dengan nilai masing-masing US$2 miliar dan 1 miliar euro.

Namun, ia menyebutkan, posisi cadangan devisa pada akhir Juli 2017 tersebut cukup untuk membiayai 9,0 bulan impor atau 8,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, termasuk berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

"BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan," katanya.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai, peningkatan cadangan devisa Juli tergolong rentan. Pasalnya, peningkatan cadangan devisa seharusnya diakibatkan oleh kenaikan ekspor nonmigas khususnya produk industri manufaktur.

"Cadangan devisa masih cukup bagus cuma harus lebih hati-hati," imbuh Bhima melalui pesan singkat kepada CNNIndonesia.com

Bhima memperkirakan, ke depan, cadangan devisa masih akan menguat karena pemerintah akan menambah utang baik dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) valas maupun lokal.

Kendati demikian, peningkatan itu juga dibayangi oleh dua risiko yang perlu dicermati, yaitu risiko fiskal dan risiko politik. Risiko fiskal disebabkan oleh proyeksi target penerimaan pajak yang sulit dicapai.

Sementara, risiko politik berasal dari persaingan jelang pemilihan umum (pemilu) 2019. Ketentuan bahwa partai atau koalisi partai yang ingin mengusung calon presiden harus menguasai 20 persen kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) diyakini akan memperketat persaingan.

"Kalau dua risiko ini dirasakan besar bagi investor ada ancaman capital outflow (arus dana keluar) di akhir tahun. Belum lagi, soal kenaikan suku bunga The Fed setidaknya sekali lagi," jelasnya.

Karenanya, di akhir tahun Bhima memperkirakan, cadangan devisa akan ada di kisaran US$121 miliar hingga US$125 miliar.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Dardani