Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Jumlah Pemudik Meningkat 20 Persen

Selamat Tinggal Batam!!! Kami Balik Habis, Bukan Mudik....
Oleh : Romi Chandra
Jum\'at | 23-06-2017 | 19:14 WIB
Pemudik-di-pelabuhan-Batuampar-728x349.gif Honda-Batam
Antrean penumpang yang menggunakan jasa kapal KM Kelud di Pelabuhan Batuampar (Foto: Romi Chandra)

BATAMTODAY.COM, Batam - Kondisi perekonomian Batam yang terpuruk saat ini, telah memaksa banyak penduduknya memilih jalan lain untuk mencari rejeki, yakni dengan pulang ke kampung halaman masing-masing.

Hari terakhir untuk keberangkatan mudik menggunakan kapal KM Kelud sebelum Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriah, JUmat (23/6/2017), penduduk Batam yang memilih pulang kampung alias mudik mengalami lonjakan sekitar 20 persen dari tahun lalu.

Para penumpang yang memadati pelabuhan, ternyata kebanyakan bukan hanya sekedar berlebaran di kampung halaman, namun justru pulang habis alias tidak akan kembali lagi ke Batam.

Kepala Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) Cabang Batam, Ending Wahyudi, mengatakan, jumlah penumpang kali ini sebanyak 3.200 orang.

"Hari ini adalah keberangkatan terakhir untuk arus mudik sebelum Lebaran. Penumpang berjumlah 3.200 orang. Hal ini mengalami kenaikan dibanding tahun lalu sekitar 20 persen," ungkap Ending, usai melepas keberangkatan KM Kelud di Pelabuhan Batuampar.

Ending juga mengungkapkan, lonjakan penumpang pada hari terakhir ini, karena sebagian besar dari mereka balik habis.

"Dari pengakuan kebanyakan penumpang, mereka balik habis. Rata-rata adalah para karyawan pabrik yang telah tutup, sehingga harus berhenti bekerja. Sudah mencoba mencari pekerjaan lain, namun belum berhasil. Karena itu banyak yang memutuskan meninggalkan Batam," jelasnya.

Pantauan di Pelabuhan Batuampar, kapal tujuan Batam - Belawan, Sumatera Utara, diberangkatkan sekitar pukul 17.00 WIB.

Salah satu penumpang, Riko, yang sempat ditemui BATAMTODAY.COM, mengatakan, dirinya terpakaa harus pulang dan tidak kembali lagi ke Batam, karena sudah di-PHK oleh perusahaan.

"Kalau dulu, kerja apa saja bisa menghasilkan uang. Sekarang mau kerja pun sulit. Bisa saja berdagang, tapi pembeli sepi, ya sama saja. Saya dulunya bekerja di pabrik, tapi sekarang sudah tutup, ya terpaksa pulang habis ke kampung halaman. Di sini tidak lagi bisa bertahan ," akunya.

Ditambahkan, pilihan yang dia ambil bersama sebagian besar penumpang lainnya, karena tidak ingin menjadi gelandangan dan akhirnya terpaksa harus melakukan tindak kejahatan untuk bertahan hidup.

"Saya tidak mau salah jalan. Kalau di sini tidak ada rejeki untuk saya lagi, lebih baik saya ke luar. Mungkin ada rejeki di tempat lain," ungkapnya. "Selamat tinggal Batam! Kami bukan mudik, tapi pulang habis."

Editor: Udin