Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Genius, Bocah 14 Lulus SBMPTN di Fakulas MIPA ITB
Oleh : Redaksi
Kamis | 15-06-2017 | 10:07 WIB
izzan-01.gif Honda-Batam

PKP Developer

Musa Izzanardi, usai mengikuri SBMPTN 2016. (Foto: Merdeka.com)

BATAMTODAY.COM, Bandung - Musa Izzanardi Wijanarko, anak berusia 14 tahun yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata diterima masuk sebagai mahasiswa di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Institut Teknologi Bandung ( ITB) setelah melalui Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2017.

Untuk mengikuti SBMPTN 2017, bocah genius ini hanya bermodal ijazah pakat C yang didapatnya pada tahun 2015 lalu. Sebab, anak kedua dari pasangan Yanti Herawati (46) dan Mursid Wijanarko (46) ini ternyata tidak pernah bersekolah formal seperti orang kebanyakan.

"Ijazah paket A (SD) diambil waktu dia umur 8 tahun," ujar Yanti, demikian dikutip Kompas.com, Rabu (14/6/2017).

Yanti berujar kecerdasan anaknya itu mulai terlihat sejak usia 3 tahun. Ia sangat gemar membaca buku-buku tentang tokoh-tokoh fisika dan matematika. Dan, inipula yang menjadi alasan Izzan tidak mengecap pendidikan di sekolah formal.

"Izzan pernah enggak naik dari TK A ke TK B karena waktu di sekolah alam cuma main terus enggak mau belajar dan tidak mampu mengikuti kegiatan di kelas. Akhirnya saya ajari sendiri di rumah," tutur Yanti.

Di rumah, Yanti mengajari Izzan membaca. Bahkan Izzan meminta ibunya untuk mengajarinya bermain catur hingga akhirnya permainan asah otak tersebut menjadi aktivitas rutin ibu dan anak ini.

Menginjak usia 6 tahun, Izzan bertambah cerdas. Bocah pengagum Newton ini pun kerap kali mempraktikkan hukum gravitasi dalam kegiatan sehari-hari.

"Izzan anaknya enggak bisa diam, tetapi kalau belajar matematika dia bisa tenang. Ternyata mengamati bagian dari belajar yang dilakukannya. Dia senangnya nabrak anak lain sampai jatuh. Dia juga sering nanya teori Newton tentang hukum benda-benda angkasa," sebutnya.

Secara intensif Izzan terus belajar sendiri matematika di rumah dengan ibunya sebagai mentor. Satu tahun berjalan Izzn pun mampu menyelesaikan soal-soal dan rumus matematika yang dipelajari anak-anak SMA.

"Matematika kelas 1 SD sampai kelas 1 SMA ditempuh dalam waktu satu tahun karena dia cuma belajar matematika saja. Tulisannya juga acak-acakan karenaa jarang nulis. Umur 7 tahun Izzan mulai belajar fisika," tuturnya.

Ilmu fisika terus dipelajari secara tekun oleh Izzan. Bahkan, di usianya yang masih 7 tahun dia mampu menyelesaikan soal-soal fisika setingkat kelas 3 SMP. Salah satu teori fisika yang dipejari oleh Izzan adalah teori fisika gasing.

Kewalahan

Yanti mulai kewalahan menanggapi rasa ingin tahu Izzan yang mulai membesar ketika usia putranya 8 tahun. Dia pun tidak mampu lagi menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Izzan.

"Umur 8 tahun dia bisa menyelesaikan matematikan kelas 3 SMA. Pertanyaannya juga sudah mulai tidak bisa saya imbangi. Salah satu pertanyaannya adalah bagaimana menurunkan diferensial benda ke dimensi N," ujarnya.

Selain itu, Izzan yang masih berusia 8 tahun juga pernah mempertanyakan tentang matematika sudut bola.

"Saya tanya teman saya yang tamatan astronomi, kata dia itu dipelajari nanti pada tingkat 3 kuliah astronomi tentang sudut 3 dimensi," ungkapnya.

Yanti pun akhirnya bolak balik berkonsultasi dengan dosen-dosen matematika ITB seperti Agus Jodi dan Oki Neswan. Kedua dosen tersebut juga tidak mampu memberikan banyak solusi.

Oki Neswan pun menyuruh agar Izzan mengikuti SBMPTN agar bakatnya bisa diasah di ITB.

Dengan penuh kesabaran, Yanti pun membimbing Izzan selama beberapa tahun agar bisa ikut ujian persamaan untuk mengambil ijazah paket A hingga C.

Setelah berhasil mengambil ijazah paket C pada tahun 2015 lalu, Izzan sempat mengikuti SBMPTN pada tahun 2016. Sayang, Izzan gagal dan baru sukses pada tahun ini.

"Ikut tahun ini persiapannya juga cuma dua bulan," ucapnya.

Sumber: Kompas.com
Editor: Gokli