Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Setelah Taliban Tembak Kepalanya, Malala Yousafzai Jadi Utusan Perdamaian Termuda PBB
Oleh : Redaksi
Sabtu | 08-04-2017 | 17:39 WIB
Malala-Yousafzai.gif Honda-Batam

PKP Developer

Malala Yousafzai (www.malala-yousafzai.com)

BATAMTODAY.COM, New York - Malala Yousafzai (19), pemenang termuda Hadiah Nobel Perdamaian, akan menjadi sosok termuda yang diangkat sebagai Utusan Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyampaikan informasi itu pada Jumat (7/4/2017) sebagaimana dilaporkan Reuters.

Malala akan dilantik pada Senin (10/4/2017) oleh Guterres dan akan menjalankan peran untuk membantu memajukan pendidikan anak-anak perempuan di seluruh dunia.

Pegiat pendidikan asal Pakistan itu muncul sebagai sosok yang menonjol ketika seorang pria bersenjata Taliban menembak kepalanya di bus sekolah pada 2012 sebagai hukuman karena Malala mendorong para perempuan untuk bersekolah – yang bertentangan dengan aturan kelompok militan itu menyangkut pendidikan bagi perempuan.

Sejak itu, Malala terus berkampanye di tingkat dunia dan pada 2014 ia menjadi sosok termuda peraih Hadiah Nobel Perdamaian.

"Bahkan ketika menghadapi bahaya yang mengerikan, Malala Yousafzai telah menunjukkan komitmennya yang tak tergoyahkan bagi hak-hak wanita, anak-anak perempuan dan semua orang," kata Guterres melalui pernyataan.

"Upayanya yang berani untuk memajukan pendidikan bagi anak-anak perempuan telah menyemangati begitu banyak orang di seluruh dunia. Sekarang sebagai Utusan Perdamaian PBB kami yang termuda, Malala bisa berbuat lebih banyak untuk membantu menciptakan dunia yang lebih adil dan damai."

Malala, yang bersekolah di Inggris sejak ia mendapatkan perawatan medis di negara tersebut, juga telah mendirikan yayasan Malala Fund untuk mendukung proyek-proyek pendidikan bagi anak-anak perempuan di negara-negara berkembang.

Malala kerap menjadi pembicara di panggung global dan telah mengunjungi tempat-tempat penampungan pengungsi di Rwanda dan Kenya bulan Juli tahun lalu untuk menyoroti penderitaan yang dialami anak-anak perempuan pengungsi dari Burundi dan Somalia.

Sumber: Reuters
Editor: Udin