Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Mengapa Pepohonan di Singapura Bertumbangan?
Oleh : Redaksi
Rabu | 15-02-2017 | 14:38 WIB
pohondisingapurabyepa.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Pohon Tembusu di Taman Botani Singapura roboh dan menyebabkan seorang perempuan meninggal dunia. (Foto: Epa)

 

BATAMTODAY.COM, Singapura - Kematian seorang perempuan akibat tertimpa pohon berusia 270 tahun di Taman Botani Singapura menimbulkan pertanyaan warga tentang keamanan lingkungan di negara kota tersebut.

 

Pada 11 Februari lalu, sejumlah saksi mata mengatakan kepada surat kabar Straits Times bahwa mereka mendengar suara patahan di Taman Botani. "Suaranya seperti gelegar petir," ujar Jonathan Ang, pria berusia 29 tahun.

Beberapa detik setelah suara itu terdengar, pohon setinggi 40 meter roboh dekat panggung luar ruangan Taman Botani dan menimpa Radhika Angara, seorang perempuan asal India berusia 38 tahun.

Angara meninggal dunia, sedangkan suami dan anak kembar mereka yang berusia satu tahun menderita cedera. Ada pula seorang perempuan warga Singapura yang turut mengalami luka-luka.

Pohon yang roboh itu adalah Tembusu, pohon yang tergolong dilindungi dan diperiksa dua kali setahun.

Bulan September 2016 merupakan kali terakhir pohon itu diperiksa dan hasilnya sehat, kata Leong Chee Chiew, pejabat bidang taman dan rekreasi Dewan Taman Nasional Singapura (NParks).

"Pemeriksaannya mencakup pada akar yang tampak di atas tanah, akar di dalam tanah, pucuk pohon, batang pohon dan tanda-tanda pergerakan tanah. Pohon itu juga dilindungi konduktor petir dan dipagari untuk menghindari pengecilan zona akar oleh pengunjung," kata Leong kepada BBC.

NParks juga mengatakan mereka memiliki sistem pemeriksaan yang teratur dan mengerahkan lebih dari 500 ahli tanaman yang memiiki sertifikat.

"Untuk beradaptasi dengan kondisi cuaca yang semakin tak terduga, kami juga meningkatkan pemeriksaan dan mengambil langkah-langkah demi meningkatkan kesehatan pohon secara umum," ujar Leong.

Menurutnya, prioritas pihak NParks adalah membantu mendiang Angara, keluarganya, dan perempuan asal Singapura yang menderita cedera. Leong mengaku tidak mau berspekulasi mengenai penyebab robohnya pohon selagi penyelidikan masih berlangsung.

Walau Leong mengklaim telah melakoni serangkaian tindakan, kenyataan bahwa pohon itu roboh menimbulkan pertanyaan sejumlah warga. Apalagi, ada sebuah pohon lain yang roboh Sabtu (11/02) di sebuah area parkir yang menimpa kaca truk dan menyebabkan seorang perempuan cedera.

"Apa yang terjadi. Ini tampak buruk bagi Singapura. Kita punya kereta yang rusak, jalan yang banjir, dan kini pohon-pohon roboh," kata Jonus Jun pada Facebook.

Lainnya mempertanyakan keamanan lingkungan di Singapura. "Apakah pohon-pohon di sini masih aman? Apakah ada cara untuk memeriksa kalau-kalau akar sebuah pohon melemah," kara Robert Ridzuandowski.

Sejumlah pakar mengatakan insiden di Taman Botani melibatkan berbagai faktor. "Pohon Tembusu bagus, kokoh, dan tumbuh di kondisi paling sulit. Namun, hanya karena satu pohon ini sangat tua, tidak berarti tidak berbahaya," kata Goh Mia Chen, wakil ketua Masyarakat Botani Singapura, kepada BBC.

"Kegagalan pada struktur adalah sesuatu yang patut dicatat. Mungkin ada faktor eksternal seperti angis keras, rayap, dan infeksi jamur," tambahnya.

Shawn Kaihekulani Yamauchi Lum -pakar tanaman tropis yang bekerja sebagai dosen senior di Universitas Teknologi Nanyang- mengamini pohon Tembusu adalah pohon yang kokoh dan dirawat dengan baik oleh pemerintah.

"Ini yang membuat insiden tersebut sangat membingungkan dan menantang untuk dipecahkan. Anda bisa berbuat segala sesuatu demi meminimalisasir risiko kecelakaan, tapi alam tidak bisa ditebak," ujar pria yang juga pernah bekerja untuk NParks itu.

"Semua kewajiban telah dilakukan. Para pejabat di Singapura paham dengan pohon-pohon dan punya rasa tanggung jawab untuk memahami bahwa ini alam dan karenanya punya taraf ketidakpastian," tutupnya.

Sumber: BBC Indonesia
Editor: Dardani