Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Jadi TKI, Antara Menggapai Mimpi dan Menjemput Ajal
Oleh : Harjo
Senin | 30-01-2017 | 11:38 WIB
harjo11.jpg Honda-Batam

Harjo wartawan BATAMTODAY.COM

MINIMNYA lapangan pekerjaan di dalam negeri, memaksa orang memili jadi TKI ke luar negeri. Alasannya, untuk mendaptkan kehidupan yang lebih baik. Namun, untuk mengejar impian itu, harus dibarengi dengan pengorbanan. Berikut catatan wartawan BATAMTODAY.COM, Harjo, dalam perjalanannya ke salah satu wilayah di negeri Johor Malaysia, Kamis (26/1/2017).

Ternyata, banyak orang Indonesia yang sukses di negeri Melayu itu. Bahkan, tidak sedikit pula yang sudah menjadi warga Malaysia dan sudah puluhan tahun tinggal menetapa di Malaysia. Tetapi, tak sedikit pula yang menjadi korban. Harga diri terlecehkan, bahkan nyawa harus melayang.

"Kalau bisa jadi TKI legal, kenapa memilih cara ilegal", ucapan itu tidak asing lagi di telinga para TKI. Hanya saja, masih banyak yang memilih jalur tidak resmi alias ilegal.

"Kami sejak era tahun 80-an bekerja di Malaysia. Hingga akhirnya bisa menetap di sini," ujar seorang pria, sebut saja Marno, yang dulunya warga Indonesia dan sekarang sudah menjadi warga Johor kepada BATAMTODAY.COM.

Tidak sedikit jumlah warga Malaysia yang berasal dari Indonesia, yang awalnya hanya bekerja dan akhirnya menetap di Malaysia. Setelah menetap di negeri jiran itu, mereka terbilang sukses dan bisa memiliki apa pun, seperti fasilitas layaknya warga setempat, yang awalnya hanya sebuah angan-angan saat mereka meninggalkan tanah kelahirannya di Indonesia.

Untuk mengetahui warga Malaysia yang dulunya berasal dari Indonesia, tentunya tidak sulit. Mimik dan logat bahasanya masih sangat kental dengan logat bahasa Indonesia. Sehingga untuk mencari atau menemukan warga Indonesia, baik yang sudah menetap dan yang masih berstatus TKI, khususnya di sekitar Johor Bahru, sangat gampang. Lihat parasnya dan dengarkan logatnya.

Sebut saja Aini (40), warga Indonesia asal Blitar yang sudah 10 tahun lebih menjadi TKI di Johor Bahru Malaysia. Dari penuturran Aini, dirinya bisa bertahan selama itu di negeri jiran Malaysia lantaran mendapat majikan yang tergolong baik dan mau memperhatikan para pekerjanya.

Dalam kurun 10 tahun meninggalkan keluargannya di Blitar, perempuan itu sudah mampu membangkitkan perekonomian keluarganya. Sejumlah fasilitas yang dulunya tidak pernah ada, sekarang sudah bisa dia wajudkan di kampungnya.

Barangkali, cerita sukses milik Aini menjadi inspirasi bagi calon TKI lainnya, sehingga sebagian nekat berangkat ke luar negeri. Tanpa dibekali dengan modal seperti skill, pengalaman kerja dan dokumen pendukung. Mereka tetap nekat berangkat demi mendapatkan kehidupan yang layak. Tentu, jalur ilegal --yang kerap jadi jalur menjemput ajal, jadi pilihan.

Menurut Aini, tidak sedikit pula rekannya yang bekerja menjadi TKI yang gagal mengejar cita-citanya. Sekalipun mereka menjadi TKI dengan cara legal. Bisa jadi TKI mencari kerja dengan cara legal, namun justru majikannya yang memanfaatkannya baik dengan cara merendahkan harga diri hingga lari dari tanggung jawab terhadap hak dari para TKI itu.

Puluhan mayat yang bergelimpangan, yang ditemukan di pesisir pantai wilayah Johor dan Bintan serta pulau lainnya di wilayah Kepulauan Riau, diduga adalah korban TKI ilegal. Berkaca dari peristiwa itu, masihkah TKI memilih cara ilegal?

Dengan hanya menggunakan kapal kecil, disesaki sekitar puluhan orang yang terbuai mimpi, melesat dari perairan Kota Batam menuju Malaysia. Tanpa bekal yang cukup dan peralatan keselamatan penunpang tidak ada, mengarungi laut lepas. Hanya tekad bulat dan kemauan keras memburu mimpi kehidupan di luar negeri yang menjadi bekal utama.

Tanpa disangka dalam perjalanan, kapal kecil dihempas ombak besar mengakibatkan kapal terbalik. Puluhan orang penumpangnya terlempar dan hilang ditelan laut. Jeritan minta tolong saat kapal dipecahkan ombak, baru terjawab setelah sebagian penumpang yang konon TKI illegal ditemukan sudah tidak bernyawa di berbagai bibir pantai secara terpisah.

Mereka yang mengalami nasib tragis tersebut merupakan TKI ilegal yang terhipnotis cerita-cerita menggiurkan tentang kehidupan surga di luar negeri. Cerita tentang kehidupan mewah para pekerja di luar negeri, membuatnya nekat ingin pergi untuk bekerja ke negeri orang.

Satu atau dua orang jadi TKI sukses, bahkan disebut "kaya mendadak", namun di balik itu ada duka sangat mendalam diiringi linangan air mata yang dialami sebagian besar TKI. Seperti harus menerima kekerasan, bahkan kematian yang tak pernah diinginkan sebelumnya. Keluarga yang ditingkalkan hanya bisa meratapi, ternyata surga yang dijanjikan tak seperti kenyataan yang dibayangkan.

Itulah sebagian kecil dari contoh ketika menjadi TKI tidak berbuah manis, atau bahkan berbuah kepedihan dan membuat miris.

Pertanyaannya kemudian, kenapa kejadian seperti ini terus dan terus terulang? Belum cukupkah musibah dan kisah pilu yang dialami para TKI itu untuk membuat kita berbenah? Semoga tragedi TKI ilegal seperti ini, ke depan tidak kembali menghiasi lembaran dan catatan gelap perjalanan para TKI yang ingin meraih mimpi di luar negeri.

Editor: Gokli