Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Saiman, Hakim PN Batam

Takut dan Patuh Pada Aturan
Oleh : roni ginting/ sn
Minggu | 14-08-2011 | 07:24 WIB
SAIMAN_hakimOK.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Saiman, Hakim Pengadilan Negeri Batam. batamtoday/ roni ginting

MENJADI seorang hakim merupakan panggilan jiwa bagi Saiman. Kabag Humas PN Batam ini menjalani profesinya dengan kehendak hati.

Bagi Saiman SH MH, sebagai seorang hakim, ia harus menyelesaikan suatu perkara secara obyektid dan mendekati kebenaran hakiki. Sebab, profesi hakim menjadikannya bak manusia setengah dewa: mengetuk palu, memutuskan suatu perkara sesuai dengan pertimbangan hukum dan keyakinannya.

Pria kelahiran Palembang, Sumatera Selatan, ini mengenyam pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sarjana di Kota pempek tersebut. Panggilan jiwa membuatnya memutuskan untuk menjadi seorang hakim.

Suami dari Reny Novita SH ini mengawali karirnya sebagai hakim pada 1991 di PN Lahat, Sumatera Selatan. Lalu pindah tugas ke Muara Bulian, Jambi. Ayah dari Izzati Rika Nova ini juga pernah bertugas di Gorontalo dan Sulawesi.

Kini, Saiman bertugas di PN Batam sebagai hakim dengan pangkat Pembina, golongan IV/a. Secara struktural menjabat Kepala Bagian (Kabag) Hubungan Masyarakat (Humas) Pengadilan Negeri (PN) Batam.
   
Dalam hidup keseharian maupun aktivitas dalam pekerjaannya, Saiman dikenal sebagai sosok yang tegas dan menjunjung tinggi kedisiplinan. Dia mempunyai prinsip yang selalu dipegang teguh, yaitu takut dan patuh pada aturan. Sebab, aturan adalah pedoman dan acuan. Karena itu, teman-teman menjulukinya "hakim militer", yang selalu taat pada aturan dan bukan pada pimpinan.

"Kalau kita berpedoman pada aturan, siapa pun pimpinan kita tidak perlu takut atau bimbang. karena yang menjadi sandaran kita ya aturan," katanya.

Diyakininya, dalam agama dan janji Allah Subhanahu waTa'ala, ada dua pekerjaan yang telah memiliki tiket untuk masuk ke surga, yaitu pedagang dan hakim. Seorang hakim, separuh kakinya ada di surga dan separuhnya lagi ada di neraka.

Tergantung pilihan masing-masing individu, apakah mau masuk surga atau neraka. Untuk itu seorang hakim harus mampu memahami dan mumpuni dalam segala aspek dan semua sisi, dituntut harus tahu semua hal yang kesemuanya tercakup dalam undang-undang serta peraturan yang ada.

"Kita harus paham semua bidang, karena putusan akhir ada di tangan hakim yang mengetuk palu. Hakim memiliki azas "Ius Curia Novit" di mana hakim harus tahu hukum," tutur Saiman.

Untuk jadi orang yang arif, adil, dan bijaksana dalam menjalankan tugas sehingga dikatakan seorang yang mulia, maka harus mengisi, menempa diri dengan berbagai disiplin ilmu, pengalaman, sehingga dapat menyelesaikan suatu perkara dengan benar. Untuk menjadi seperti itu, Saiman memiliki dua sumber yang dijadikan patokan, yaitu Alquran dan Hadits, ditambah filsafat sebagai sumber dari segala sumber ilmu.

Dengan begitu, seorang hakim dapat berdiri di antara berbagai sudut, dapat menyelesaikan suatu perkara secara obyektif dan mendekati kebenaran yang hakiki. Karena hakim selalu berdiri di tengah, di antara kepentingan pihak-pihak baik itu penggugat dan tergugat, antara terdakwa dan korban.

"Bila bercermin pada sumber agama dan filsafat, insya Allah tidak akan pernah sesat dan tidak akan menyesatkan orang lain," ungkapnya.

Menurut Saiman, selama menjadi seorang hakim tidak ada perkara yang spesial. Karena setiap perkara punya hal menarik sendiri-sendiri, setiap perkara yang satu berbeda dengan perkara yang lain. Permasalahan yang acap kali timbul dalam suatu perkara, yakni adanya suatu tekanan dari pihak luar. Orang yang tidak memahami pokok permasalahan yang sebenarnya, kerap bereaksi negatif atau kontradiktif dengan putusan hakim. Namun setelah diberikan penjelasan, barulah mereka bisa memahami hal yang sebenarnya. "Sering terjadi dari antipati menjadi simpatik atas putusan kita," terangnya.

Namun, bagaimana cara Saiman yang dikenal sebagai "hakim militer" itu membuat diri tetap sehat? Menurutnya, ia selalu menyempatkan diri menyalurkan hobinya yang dianggap sebagai pendukung pofesinya, yaitu berolah raga untuk kebugaran tubuh agar tetap fit menghadapi rutinitas serta pekerjaan yang padat.

Sedangkan untuk menambah ilmu, Saiman selalu menyempatkan diri menimba ilmu pengetahuan dengan terus membaca buku.

Saiman berprinsip, "Olah raga untuk menjaga kebugaran. Membaca sesuai profesi, selalu mengisi ilmu."