Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Membaca Achijat di Singapura
Oleh : Redaksi
Senin | 09-11-2015 | 17:26 WIB
buku_achijat.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Saibansah Dardani

Oleh Saibansah Dardani

MEMBACA buku Moch. Achijat di Singapura, saya lakukan untuk mencoba memutus emosi antara saya dengan tokoh misterius ini. Meski berbeda generasi dan latar belakang, namun saya merasakan ada tarikan emosi yang sangat kuat. Misalnya, ketika pria kelahiran Simokerto, Surabaya, 28 Agustus 1928 itu membentuk Markas Hizbullah Surabaya Timur di Sidotopo, itu adalah kampung halaman saya. 

Ari-ari saya ditanam di Wonokusumo Lor, yang hanya berjarak tak sampai 400 meter. Dan saya tumbuh di Wonokosumo Kidul yang hanya berjarak 200 meter dari Sidotopo Sekolahan. Sebagai Kepala Seksi IV Komandan Hizbullah, Moch. Achijat juga memiliki kesamaan dengan almarhum kakek saya, Muhammad Zawawi, yang juga aktif di Laskar Hizbullah dan Gerakan Pemuda Ansor Surabaya.

Selain itu, saya yang menjalani masa SMP dan SMA di Desa Prenduan Sumenep Madura, masih bertetangga kabupaten dengan Muninten, ibu kandung Moch. Achijat yang berasal dari Desa Blige, Bangkalan Madura. Serta, beberapa napak tilas lain dari perjalanan hidup seorang prajurit alap-alap samber nyowo yang berhasil diungkap oleh A. Akbar Achijat dan Nurmansyah Achiyat. 

Kesamaan dan kedekatan approximately itulah yang coba saya minimalisir dengan melintasi Selat Singapura, Ahad, 8 November 2015 lalu, 2 hari menjelang Hari Pahlawan. Saya mencoba mencari suasana berbeda. Membaca buku setebal 180 halaman itu di pelataran taman Marina Bay, tanpa emosi. Ternyata, usaha saya itu sia-sia. 

Bagaimana saya bisa menghapus kenangan saya dengan Sidotopo. Di sini saya menghabiskan masa kanak-kanak saya. Di Sidotopo ini saya 'nggandol sepur' (menaiki kereta api) pengangkut solar yang sedang melaju bersama teman-teman saya. Di Sidotopo itu pulalah, saya mengenal cinta monyet anak usia sekolah dasar. 

Serta, berbagai kenangan lain yang mustahil saya hapus dari memori. Pendeknya, upaya saya mencoba membaca buku ini tanpa emosi, sia-sia. Saya merasa, bahwa pahlawan misterius ini telah mewariskan roh pejuang itu kepada seluruh arek-arek Suroboyo, termasuk saya. 

Saya dapat merasakan bagaimana beratnya perjuangan dua penulis buku ini. Karena tidak mudah memang, mengungkap kisah dari seorang yang ikhlas berjuang. Bagi sosok seperti Moch. Achijat, sepak terjang seorang pejuang, bukanlah lukisan dengan bingkai indah yang dipajang di ruang tamu. Sebaliknya, mereka justru menutup rapat-rapat kisah heroik itu di dalam peti yang dikunci kuat. 

Dan benar, ternyata untuk mengungkap kisah perjuangan mantan komandan pasukan alap-alap ini, kedua penulis buku ini harus memulainya dengan membuka kotak usang yang telah disimpan lebih dari setengah abad oleh Siti Nurmah, istri prajurit yang merobek bendera Belanda di Hotel Yamato Surabaya itu. 

Bahkan, kotak usang ini pun baru bisa dibuka setelah Siti Nurmah wafat di usia 80 tahun. Bayangkan, betapa rapatnya seorang Moch. Achijat menyembunyikan kisah-kisah heroiknya itu. Tapi, dengan kegigihan kedua penulis, akhirnya sedikit demi sedikit, tabir yang ditutup erat oleh pria yang kini jasadnya terkubur di Taman Makam Pahlawan Surabaya itu, mulai terkuak. Namanya, disejajarkan dengan Bung Tomo dan Muhammad Mangoendiprojo, tokoh Jawa Timur yang berjasa dalam revolusi di Surabaya. 

Meski wafat di usia relatif muda, 48 tahun, namun Moch. Achijat telah mengajarkan kepada anak-anaknya dan generasi penerus mengenai kerasnya hidup, perjuangan dan keikhlasan. Meskipun, semasa hidupnya kerap bersentuhan dengan tokoh-tokoh nasional, seperti Panglima Besar Jenderal Sudirman dan Bung Karno. Namun pasukan alat-alap ini tetap menutup rapat sepak terjangnya yang mengakibatkan terbunuhnya Jenderal Mallaby di Surabaya.

Pahlawan memang tidak minta dikenang, tapi generasi penerus wajib mengenang perjuangan mereka. Jasmerah! Jangan sampai melupakan sejarah, begitu pesan sang Proklamator, Bung Karno. *

Penulis adalah Sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Kepri dan Redaktur Senior BATAMTODAY.COM