Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Negara F11 Bahas 'Social Forestry' di Senggigi
Oleh : Redaksi/TN
Selasa | 07-06-2011 | 15:21 WIB
hutan14.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Hutan tropis di Indonesia.

Mataram, batamtoday - Sebanyak 11 negara pemilik kawasan hutan tropis terluas di dunia yang tergabung kelompok Forest Eleven (F11) melakukan pertemuan di kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, guna membahas peranan “social forestry” atau kehutanan sosial dalam mitigasi, adaptasi pemanasan global dan perubahan iklim.

Pembahasan peranan “social forestry” dikemas dalam bentuk “workshop” dan berlangsung sejak Senin 6 Juni hingga Jumat 10 Juni 2011, di Hotel Sentosa Villas & Restaurant Senggigi.

Ke-11 negara itu adalah Indonesia, Malaysia, Philipina, PNG, Republik Demokratik Kongo, Brazil, Kolombia, Kamerun, Peru, Gabon, dan Kosta Rika.
Dan belakangan bergabung tiga negara baru yakni Guatemala, Guyana dan Suriname. Kelompok F11 terbentuk pada tiga tahun lalu.

Namun, dalam “workshop” itu hanya tujuh negara yang mempresentasikan cara pengelolaan kawasan hutan tropis berbasis masyarakat, selain Indonesia sebagai tuan rumah.

Ketujuh negara yakni Kamerun, Kolombia, Kosta Rika, Malaysia, Peru, Suriname dan PNG mempresentasikan perkembangan, penguatan kelembagaan dan “capacity building” di negara masing-masing.

Di penghujung acara F11 itu, peserta “workshop” akan diajak meninjau kawasan hutan kemasyarakatan di Aiberik, Kecamatan Batu Kliang, Kabupaten Lombok Tengah, dan lokasi A/R-CDM di Sekaroh, Kabupaten Lombok Timur, sekaligus mencermati aktivitas kerja sama Indonesia-Korea yang dikemas dalam program Aforestation/Reforestation Clean Development Mechanism (A/R-CDM).

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementerian Kehutanan Tachrir Fathoni mengatakan, “workshop” itu bertujuan membagi pandangan dan pengalaman negara-negara F11 terkait pengembangan “social forestry” dalam meningkatkan peran masyarakat.

Peran masyarakat yang dimaksud berkaitan dengan daya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

“Harapannya masing-masing negara hutan tropis dapat mengelola hutannya lebih baik berdasarkan prinsip-prinsip kelestarian dengan melibatkan masyarakat dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya,” ujar Tachrir kepada Antara.

Menurut Fathoni, pembahasan “social forestry” negara-negara hutan tropis itu merupakan kegiatan ketiga sejak F11 terbentuk. Kegiatan pertama di Bali dan berikutnya di Pulau Jawa. Pada dasarnya, pertemuan tersebut mengarah kepada upaya penyamaan pandangan terhadap perlindungan dan kelestarian hutan tropis yang dikategorikan langka di dunia.

“Bagaimana negara-negara yang memiliki hutan tropis ini bisa secara bersama-sama mengelola berdasarkan prinsip kelestarian. Negara-negara lainnya silakan bergabung,” ujarnya.

Fathoni mengakui Indonesia menjadi inisiator pertemuan F11 dalam beberapa tahun terakhir karena merupakan negara yang pengelolaan perubahan iklim dan kehutanan sosial cukup baik. Namun, pertemuan selanjutnya akan digilir di negara-negara anggota F11 dan juga negara lain yang baru bergabung.