Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Dapatkah Kurikulum 2013 Menyambut Bonus Demografi
Oleh : Opini
Senin | 25-08-2014 | 10:06 WIB

Oleh Aripianto, S.Pd

IMPLEMENTASI kurikulum 2013 sampai saat ini masih kontroversial di tengah kalangan pendidik. Hal ini tentunya akan menjadi polemik baru didalam dunia pendidikan kita jika pemerintah tidak mampu melakukan  pencerahaan tentang penting menerapkan kurikulum 2013 untuk menyambut bonus demografis yang diprediksi akan terjadi pada 2020-2030. Bonus Demografi ini tentunya akan dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya.

Menyadari akan tantangan bonus demografis itu maka sejumlah pakar pendidikan berusaha memperbaiki semua unsur pelaksanaan pendidikan salah satunya merombak kurikulum KTSP  menjadi kurikulum 2013. Kurikulum 2013 diharapkan mampu memperbaiki akhlak serta mencetak SDM yang mampu berkompetensi mengikuti arus perkembangan globalisasi guna mempertahankan kelangsungan hidupnya. Upaya perbaikan tersebut akan berlangsung dengan baik apabila calon pendidik juga memahami maksud perubahan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013. Pemahaman implementasi kurikulum 2013 adalah bagian dari pemenuhan kompetensi paedagogik serta kompetensi profesional dari calon pendidik.

Pelaksanaan kurikulum 2013 secara serentak berlangsung Juli 2014 yang akan dievaluasi pada tahun 2015. Meskipun telah berjalan kurang lebih satu tahun, ternyata masih banyak kendala dalam memuluskan jalannya kurikulum 2013. Perbaikan mutu pendidik yang telah jauh dari usia ideal dan mendekati usia pensiun dirasakan sekali oleh peserta didik dari daerah pedalaman, minimnya sarana dan prasarana yang ada memicu strata pengetahuan. Banyak kalangan masih kontra akan pelaksanaan kurikulum 2013 tidak lain akibat kedua faktor tersebut. Sebetulnya kurikulum 2013 yang berpusat pada siswa ini melatik siswa untuk mengkplorasi bakat yang dimilikinya. Lebih lanjut, implementasi kurikulum 2013 tidak hanya fokus pada kemampuan pengetahuan yang dimiliki individu melainkan merangkul aspek pengetahuan, sosial dan keterampilan sebagai hasil lulusan yang hendak dicapai.

Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013
Sejak tahun 1945 kurikulum pendidikan di Indonesia mengalami perubahan berkali-kali. Dari 1947 kurikulum rencana pelajaran yang dirinci dalam Rencana Pelajaran Terurai, 1964 Rencana Pendidikan Sekolah Dasar, 1968 Kurikulum Sekolah Dasar, 1973 kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP), 1975 Kurikulum Sekolah Dasar, 1984 Kurikulum 1984, 1994 Kurikulum 1994, 1997 revisi Kurikulum 1994, 2004 rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sampai 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan saat ini akan diperbaharui menjadi kurikulum 2013.

Untuk dapat memahami dan mengimplementasikan Kurikulum 2013 perlu mengetahui prinsip-prinsip pengembangan kurikulum 2013 meliputi: (1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. (2) Beragam dan terpadu. (3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan  seni. (4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan, (5) Menyeluruh dan berkesinambungan. (6) Belajar sepanjang hayat. (7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum  2013  bertujuan  untuk  mempersiapkan  manusia  Indonesia agar  memiliki  kemampuan  hidup  sebagai  pribadi  dan  warga  negara yang  beriman,  produktif,  kreatif,  inovatif,  dan  afektif  serta  mampu berkontribusi  pada  kehidupan  bermasyarakat,  berbangsa,  bernegara, dan peradaban dunia. Proses pembelajaran kurikulum 2013 terdiri dari kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler.

Kurikulum 2013 Siapkan Bonus Demografi
Menurut guru besar Universitas Indonesia Prof. Dr Sri Moertiningsih Adioetomo  demografi. Indonesia sudah mendapat bonus demografi mulai 2010 dan akan mencapai puncaknya sekitar tahun 2030. 

Bonus demografis tentu saja akan menjadi suatu berkah. Melimpahnya jumlah penduduk usia kerja akan menguntungkan dari sisi pembangunan sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Impasnya adalah meningkatkannya kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Namun berkah ini bisa berbalik menjadi bencana jika bonus ini tidak dipersiapkan kedatangannya. Permasalahan pembangunan sumber daya manusia yang harusnya bisa diselesaikan dari sekarang, jauh sebelum bonus demografi datang. Jangan sampai hal yang menjadi berkah justru membawa bencana dan membebani negara karena masalah yang mendasar. Dalam hal ini pemerintah harus mampu menjadi agent of development dengan cara memperbaiki mutu modal manusia, mulai dari pendidikan, kesehatan, kemampuan komunikasi, serta penguasaan teknologi. Solusi lainnya bisa dengan memberikan keterampilan kepada tenaga kerja produktif sehingga pekerja tidak hanya bergantung pada ketersediaan lapangan pekerjaan tapi mampu menciptakan lapangan pekerjaan itu sendiri. Selain itu pemerintah juga harus mampu menjaga ketersediaan lapangan pekerjaan, menjaga aset-aset Negara agar tidak banyak dikuasai pihak asing yang pastinya akan merugikan dari sisi peluang kerja.

Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meluncurkan Buku Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035. Dalam kesempatan tersebut, Presiden menyatakan bahwa kependudukan merupakan topik yang sangat penting dalam pembangunan, karena pembangunan manusia pada dasarnya ditujukan kepada manusia atau people-centered development.

Menurutnya, pembangunan dilakukan pada saat manusia menjadi pelaku utama dari pembangunan itu sendiri yang diukur dari human resource development atau kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, pembangunan manusia harus menjadi prioritas dalam pembangunan. Presiden juga berharap pentingnya proyeksi penduduk sebagai prasyarat untuk merumuskan perencanaan pembangunan di masa depan secara lebih efektif dan efisien.

Dalam menyambut bonus demografi Wakil Presiden Republik Indonesia (RI), Boediono, yang dimanfaatkan dengan baik melalui perbaikan kualitas pendidikan. Tidak cukup hanya infrastruktur saja yang diperbaiki dan menjadi sasaran perbaikan, namun isi yang diajarkan pada anak-anak juga merupakan sesuatu yang penting. Untuk itu menurut Boediono,  menyambut baik kurikulum 2013. Tanpa ada perbaikan isi ajar maka bonus demografi yang dimiliki Indonesia saat ini akan sia-sia.

Namun kebijakan perubahan kurikulum juga perlu pengawasan dan persiapan yang matang dalam mempersiapkan masyarakat Indonesia khusus pemuda sebagai generasi bonus demografi melalui pendidikan salah satu dan pengembalian karakter bangsa, jauh dari kapitalisme, sekulerisme, dan liberalisme. Dengan itu harapannya Indonesia akan menjadi bangsa yang besar dengan pengoptimalkan bonus demografi. Peserta didik juga harus menyadari bahwa pendidikan diperlukan untuk menjawab tantangan global. Siswa juga harus bertanggung jawab dalam menuntut ilmu untuk mencapai pendidikan karakter yang menjadi tujuan kurikulum 2013.
 
Penulis: Mantan Wakabid Litbang dan Infokom DPC GMNI Pekanbaru dan Lulusan Universitas Riau