Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Parpol Tak Ingin Pemimpin Muda Lahir
Oleh : Surya
Kamis | 31-10-2013 | 16:19 WIB
Akbar_Tanjung.jpg Honda-Batam

Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tanjung

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Partai politik (parpol), sesuai aturan konstitusi, kini menjadi pemegang kekuasaan untuk mengajukan calon presiden.

Sayangnya, kekuasaan parpol saat ini belum memberi iklim kondusif bagi kaum muda untuk tampil jadi pemimpin. Sehingga, hasil Pemilu 2014 tidak akan memberi perubahan.


 "Kalau seperti sekarang ini, ya susah pemimpin muda muncul, karena tidak diberi iklim yang sehat dan kompetitif id setiap parpol. Padahal, kita menginginkan perubahan dan munculnya calon presiden dari kalangan muda," kata Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Akbar Tandjung, dalam diskusi di DPR, Kamis (31/10/2013).

Ia mendorong parpol untuk memberi iklim kondusif guna munculnya pemimpin muda, apalagi sudah dua kali Pemilu berjalan lancar, yang artinya masa transisi sudah terlalui.

Akbar mengkritik partainya, Golkar, yang tidak membuat iklim terbuka, dan kompetitis (persaingan sehat), dan demokratis. Menurutnya, dulu Golkar telah menorehkan sejarah bagus dengan menggelar konvensi (penjaringan calon presiden), tapi ternyata tidak dilanjutkan.

"Sampai sekarang orang-orang yang ikut konvensi yang saya bikin, ternyata masih beredar jadi calon presiden semua. Ada Wiranto, Surya Paloh, Prabowo, Aburizal Bakrie," katanya. Menurutnya, yang meneruskan konvensi justru partai lain, yakni Partai Demokrat.

Sebenarnya, kalau ada iklim kondusif dan suasana persaingan sehat, maka akan muncul kaum muda yang merasa terpanggil untuk mengajukan diri sebagai capres. Ia meminta parpol untuk memberi peluang itu. Tapi, kalau suasananya masih seperti sekarang, maka perlu amandeman UUD 1945, untuk dimungkinkannya capres dari kalangan independen.

Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok, menyatakan, untuk 2014 masih dibutuhkan presiden dari generasi tua, dan belum cocok situasinya kalau diisi oleh kaum muda. Sebab, saat ini dinamika masyarakat begitu tinggi, maka perlu pemimpin yang dingin, tidak sama-sama panas seperti suasana sekarang.

"Waktunya nanti akan tiba, kalau 2014 masih lebih cocok presiden yang matang, baru pada 2019 suasananya cocok untuk pemimpin muda," ujarnya.

Presiden Survei
Sekjen PAN Taufik Kurniawan menyatakan, pada prinsipnaya tongkat estafet itu pada 2014 akan terjadi. Yang jelas, mereka yang menjadi Presiden RI, harusnya sosok yang sudah teruji dari publik. "Jam terbang itu penting untuk memnentukan kebijakan bagi kepentingan rakyat banyak," ujarnya.

Taufik menyatakan, calon pemimpin harus mempunya pengalaman dan tidak ujug-ujud jadi pemimpin. Ia memberikan dalam istilah Jawa harus ada bibit, bebet, bobot.  Jangan sampai tokoh tampil tiba-tiba dan untuk mendongkrak mengandalkan survei.

"Kami harapkan, para tokoh jangan juga berlomba-lomba lewat lembaga survei dan saling klaim tertinggi. Jadilah presiden dari hasil yang fair, dan bukannya presiden survei," katanya.

Editor : Surya