Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Empat Opsi untuk Habibie Sepeninggal Istri
Oleh : Dodo
Sabtu | 28-09-2013 | 21:21 WIB

BATAMTODAY.COM, Batam - Bacharuddin Jusuf Habibie ditawari empat opsi sepeninggal istrinya, Hasri Ainun Habibie, karena dipanggil Yang Maha Kuasa. Sepekan setelah sang istri tercinta berpulang, beredar kabar jika Habibie "sakit keras". Bahkan, sejumlah tim dokter mengatakan agar Habibie dirujuk ke rumah sakit jiwa karena depresi akibat kehilangan istri.


"Saya oleh dokter didiagnosis mengalami Psikosomatik malignant. Istilahnya, tenggelam dalam kesedihan," kata Habibie, menceritakan pengalaman "getirnya" saat ditinggal istri tercinta.

Habibie memaparkan kisah lalunya itu pada saat memberi kuliah umum pada peringatan ulang tahun Yayasan Keluarga Batam (YKB) ke-35, di Hotel Pasific, Batam, siang tadi. 

Habibie bercerita, tepat sepekan setelah kepergian sang istri, Habibie terbangun pada dini hari. Dengan masih mengenakan piyama dan tanpa alas kaki, dirinya berjalan di sekeliling rumah. Dia menangis seperti anak kecil yang mencari ibunya.

"Saya merasa Ainun masih bersama saya," kenang Habibie.

Meski dirundung kesedihan yang mendalam, Habibie diminta harus tetap berbuat. Tim dokter yang merawatnya akhirnya menawarkan empat opsi baginya.

"Habibie ditawari empat opsi. Yang pertama, Habibie harus dirawat di rumah sakit jiwa. Kedua, Habibie harus tetap di rumah tapi dirawat oleh tim dokter dari Indonesia dan Jerman yang mengerti tentang Habibie. Ketiga, Habibie curhat kepada orang-orang dekat saya dan Ainun. Pilihan keempat, Habibie menyelesaikan masalahnya sendiri. Dan, saya memilih opsi yang keempat," terang Habibie.

Dia menggambarkan sebuah komputer yang sedang ngadat, perlu di-restart agar bisa berfungsi kembali. "Kalau komputer hang, harus di-restart agar bisa berfungsi kembali. Tapi kalau manusia, apanya yang harus di-restart?" kata Habibie.

Me-restart sistem berarti mengulang dari awal. "Dari situlah saya harus me-restart diri saya dengan cara menuliskan kisah-kisah saya hingga bersama Ainun dari awal," ujarnya.

Dalam waktu dua bulan setengah, tulisan itu sudah siap. "Jadi, saya menulis buku ini bukan untuk menjadi terkenal atau agar difilmkan, tapi itu untuk me-restart agar mental saya pulih kembali," terang mantan Menteri Negara Riset dan Teknologi ini. 

Tak disangkanya, tulisan yang bertujuan untuk "memulihkan" kondisinya itu malah menjadi best seller hingga difilmkan. Buku berjudul "Habibie & Ainun" itu telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Arab, Mandarin, Jepang, dan Jerman. (*)

Editor: Dodo