Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

10 Tahun Rob Maling Hantui Warga Pandansari
Oleh : Tungul Naibaho
Rabu | 30-03-2011 | 16:06 WIB
tambak_pandansari_dalam.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Pemandangan tambak ikan di Dukuh Pandansari.

Brebes, batamtoday - Telah sepuluh tahun ini warga Dukuh Pandasari mengeluhkan 'rob maling' yang menghantui kehidupan mereka, sehingga membuat warga semakin menderita dengan bencana ekologis ini.

Rob maling yang dimaksud warga sebenarnya adalah adalah rob atau air pasang, namun karena datangnya bisa 6 hingga 7 kali dalam setahun, sehingga disebut 'rob maling', karena datang dan pergi secara tiba-tiba dan mendadak.  Padahal, sebelum tahun 1997, rob hanya datang setahun sekali.

Demikian disampaikan Luluk Uliyah dalam rilisnya kepada batamtoday Rabu 30 Maret 2011, yang meminta pemerintah untuk memperhatikan nasib warga Pandasari, Desa Kalikliwing, Brebes, Jawa Tengah.

Kenaikan air rob di kawasan Pantai Utara Jawa telah menenggelamkan ratusan hektare tambak warga Dukuh Pandansari, dan memukul pendapatan warga dukuh setempat, tutur Luluk, Knowledge Officer dari SatuDunia.

"Orang nyebutnya rob maling. Datang tiba-tiba, hilang juga tiba-tiba," kata Luluk.

Mayoritas penduduk Pandansari hidup, terang Luluk, hidup sebagai nelayan, petambak, dan petani. Sejak air rob naik selama 10 tahun terakhir, lahan tambak penduduk tenggelam seluas 800 hektare dari semula 1.300 hektare.

Akibatnya, anak-anak muda Pandansari yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi turun 50 persen. Anak muda tak bersemangat melanjutkan sekolah karena pendapatan orang tua menurun.

"Mereka kehilangan semangat, karena kesejahteraan berkurang," tambah Wahidin, seorang pemuda Pandansari.

Wahidin adalah sarjana S2 pertama dan satu-satunya di Pandansari. Wahyudin menyelesaikan sarjana strata 1 di Universitas Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta dan mengambil S2 ilmu kajian budaya di Universitas Sanata Dharma dan selesai di Sanata Dharma 2010.

Menurut Wahidin, saat ini rata-rata anak muda Pandansari hanya lulus SMA. Anak muda yang tidak sekolah kebanyakan merantau ke Jakarta untuk bekerja di warung tegal atau menjadi buruh migran.

"Tapi paling nggak, masih ada beberapa orang melanjutkan ke SMA." kata Wahidin.

Wahidin juga mengeluhkan ketidakpedulian pemerintah terhadap Pandansari. Dukuh Pandansari tidak pernah diurus. Sebaliknya Desa Kaliwlingi yang menaungi Pandansari mendapat perhatian.

"Aku nggak tega lihat orang sakit atau melahirkan. Mau melahirkan, tapi jalannya kayak gitu, gelap," kata Wahidim mengomentari buruknya jalan Pandansari sepanjang 7 kilometer.

Luluk meminta pemerintah, khususnya pemda Brebes dan Jawa Tengah untuk memperhatikan fenomena rob yang melanda kawasan Pantai Utara Jawa Tengah yang semakin hari semakin tidak terkendali.

Sebab jika tidak ada perhatian, maka warga miskin di kawasan tersebut akan semakin tenggelam dalam kemiskinan karena serangan rob maling.