Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pertemuan Cipanas Lahirkan Gerakan Nasional Kebudayaan
Oleh : Surya Irawan
Selasa | 23-04-2013 | 07:20 WIB
Peserta_Forum_Cipanas_di_Gunung_Padang.JPG Honda-Batam

Peserta Deklarasi saat meninjau situs Megalithikum di Gunung Padang

JAKARTA, batamtoday - Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FBUI) Bambang Wibawarta mengatakan,   pentingnya kesadaran seluruh elemen masyarakat untuk mendukung kebudayaan Indonesia.

Sehingga diperlukan gerakan bersama yang melibatkan seluruh komponen bangsa untuk mendukung kebudayaan nasional sebagai identitas bangsa dan negara.

Hal itu disampaikan Bambang Wibawarta saat membuka 'Deklarasi Cipanas untuk Kebudayaan' di Bogor akhir pekan ini. Deklrasi yang melahirkan Gerakan Nasional Kebudayaan ini mengambil tema 'Etnisitas dan Identitas Bangsa' itu, dihadiri  para peneliti FIBUI, Direktur Antara, TNI AL, Indonesia Maritime Institut, , Pemprov Jabar, Pemda Cianjur, Lesbumi NU, serta perwakilan masyarakat adat, 

"Seluruh elemen masyarakat harus mendukung kebudayaan Indonesia, karena kebudayaan adalah sebagai identitas bangsa dan negara," kata Bambang.

Sedangkan guru besar Universitas Indonesia Benny Hoed  mengatakan bahwa saat ini Indonesia mengalami amnesia budaya, kurangnya kajian peradaban sebagai pembelajaran untuk kearifan. 

Hal senada disampaikan oleh Kadispenal TNI AL Laksamana Untung Suropati bahwa harus adanya kajian mengenai peradaban Indonesia di masa lalu, seperti keruntuhan Sriwijaya dan Majapahit, agar kita dapat mengantisipasi bencana yang ada dan tidak mengulang kesalahan yang sama di generasi selanjutnya. 

Deklarasi Cipanas untuk Kebudayaan itu, menelurkan lima poin utama. Pertama, Forum Cipanas tanggal 20 April 2013 yang digagas oleh Universitas Indonesia dan melibatkan berbagai elemen bangsa  menyepakati sebagai awal dari lahirnya Gerakan Nasional Kebudayaan (GNK).

Kedua, mendukung dibentuknya suatu lembaga yang bertugas mengkoordinasikan kebijakan di bidang kebudayaan yang berkedudukan langsung dibawah Presiden RI dan sebuah lembaga yang mampu mengikat simpul-simpul yang berkenaan dengan permasalahan pengembangan budaya dan memberikan masukan terhadap berbagai permasalahan bangsa.

Ketiga, keberagaman Indonesia perlu pengelolaan yang lebih baik dan konkrit sebagai pemersatu, media  diplomasi, memiliki potensi ekonomi dan dalam kaitannya dengan  pendidikan untuk kepentingan bangsa dan negara.

Keempat, nilai-nilai luhur kebudayaan lokal harus tetap dilindungi, dikembangkan dan dimanfaatkan serta dipertahankan, diupayakan budaya lokal tersebut diangkat menjadi budaya nasional, yang hasilnya dapat menjadi bagian budaya internasional.

Kelima, menjadikan Indonesia sebagai pusat kajian Indonesia dan mengembalikan ajian peradaban dunia ke Indonesia.

Deklarasi yang bertujuan untuk mengkaji peradaban Indonesia itu ditandangani Prof.Dr. Bambang Wibawarta (Dekan FIB UI), Dr. Phil. Lily Tjahjandari (Manajer Riset dan Pengabdian Masyarakat FIB UI), Prof. Benny H. Hoed, Dr. Ali Akbar (Arkeolog), Dr. Bondan (Sejarahwan), pihak TNI AL mewakili KSAL, DanSeskoALLaksda TNI DA Mamahit, M.Sc.

Kemudian WadanseskoAL Laksma TNI Y. Achmad H, dan Kadispenal Laksma Untung Suropati, Saiful Hadi (Direktur ANTARA), Dr. Y Paonganan (Direktur Eksekutif IMI), Dr. Budiarto Ontowiryo (Anggota Tim Riset Mandiri Gunung Padang), RM Zulkipli (asisten staf skhusus Presiden bidang sosial dan bencana), Pemprov Jabar, Pemda Cianjur, Lesbumi NU, serta perwakilan masyarakat adat.

Usai mendatangani Deklarasi Gerakan Nasional Kebudayaan, para deklator melakukan kunjungan ke Situs Megalithikum Gunung Padang, Cianjur. Situs ini dianggap sebagai sebagai momen dan tonggak
penting penggerak kebudayaan dan kesadaran bangsa Indonesia terhadap kebudayaan nasional. 

Editor : Surya