Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pemerintah Masih Ingin Skema Hilir Proyek Gas Natuna
Oleh : dd/mdk
Kamis | 06-12-2012 | 14:06 WIB

JAKARTA, batamtoday - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih menginginkan proyek gas Natuna memakai skema hilir. Dengan cara membangun kilang gas alam cair (Liquidfied Natural Gas/LNG), bukan menggunakan pipa gas. Namun, keputusannya tergantung insentif dari Kementerian Keuangan.

"Kalau insentif diberikan bisa saja tidak pakai pipa sama sekali, pakai metode hulu seperti (proyek) Kepodang. Jadi nanti jualnya adalah gas, nanti ada satu entiti sendiri seperti Donggi Senoro. Unit depannya sendiri hulunya, hilirnya LNG sendiri. Jadi hitungannya bisa jelas," ujar Wakil Menteri ESDM Rudi Rubiandini seperti dikutip merdeka.com, Kamis (6/12/2012).

Rudi menjelaskan, pihaknya ingin konsorsium tidak memakai skema pipa gas karena hanya dapat memasok kebutuhan luar negeri, bukan domestik. Konsorsium juga meminta insentif lebih apabila menggunakan skema LNG.

"Ini masalah nasionalisme. Kalau pipa, bila pipanya ke Thailand atau ke Malaysia terus mana nasionalnya. Kalau LNG kan kita bisa kirim, sekian ke dalam negeri, sekian ke luar. Itu penting LNG carrier," tegasnya.

Sebelumnya, rencana proyek gas laut dalam di Blok East Natuna, Kepulauan Riau oleh PT Pertamina (Persero) dan dua mitranya, yakni ExxonMobil Corporation dan Total SA, disarankan dikembangkan menjadi gas alam cair (LNG), sehingga harus dibangun kilang LNG.

Rudi Rubiandini mengatakan usulan dikembangkannya proyek gas ini menjadi LNG karena ini berarti gas tersebut bisa diekspor ke berbagai negara dan juga bisa digunakan untuk di dalam negeri. Apalagi, rencana dibangunnya beberapa unit penampungan dan regasifikasi gas alam cair terapung (FSRU), seperti terminal Arun, FSRU Lampung, dan FSRU Jawa Tengah, juga membutuhkan pasokan LNG.

Sementara bila dikembangkan melalui pipa, maka menurutnya itu tidak ekonomis dan hanya bisa disalurkan ke satu tujuan, yakni hanya ke Malaysia, seperti yang diusulkan Pertamina dan mitranya.

"Ini kan kita berbicara produksi gas selama 40 tahun. Kalau pake pipa, itu berarti sudah pasti dibawa ke mana gas nya. Lebih baik dijadikan LNG karena bisa dibawa ke mana-mana, apakah luar negeri atau domestik, disesuaikan dengan kebutuhan dalam negeri," tuturnya.