Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Berlomba Menawarkan Calon Gubernur
Oleh : opn/dd
Sabtu | 20-10-2012 | 11:05 WIB

Oleh: Ahmad Rahayu


PEMILIHAN UMUM Kepala Daerah Propinsi Riau masih satu tahun lagi, namun partai-partai politik sudah mulai menggadang-gadang siapa yang bakal dijagokan. Partai PAN, misalnya, sudah mulai menawarkan bendahara umumnya, Jhon Erizal, sebagai calon Gubernur Riau mendatang. Dalam hal ini PAN tidak sendirian. Pencalonan Jhon Erizal juga didukung oleh DPW PKS Riau dan masih ada beberapa partai lain yang kabarnya akan merapat.


Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), meski dalam konstelasi Pemilukada 2008 lalu mengalami kekalahan, mereka akan menawarkan kembali Ketua DPD PDIP Riau, Suryadi Khusaini, sebagai jagoannya. 

Partai Demokrat tidak mau ketinggalan, bahkan tidak hanya satu nama yang mencuat ke permukaan. Ada nama Mambang Mit yang notabene Ketua DPD Demokrat Riau sekaligus Wakil Gubernur Riau, yang jauh-jauh hari sudah menasbihkan dirinya sebagai bakal calon Gubernur Riau yang akan diusung oleh Partai Demokrat. Nama lain yang muncul, adalah Ketua DPD II Demokrat Rokan Hulu, Achmad, juga tidak kalah gencar melakukan sosialisasi untuk mendapat dukungan.

Demikian juga Partai Golkar, sebagai partai pemenang yang menguasai 15 kursi, mereka berambisi kuat untuk dapat memenangi pilgub mendatang. Nama-nama bakal calon yang menyebut dirinya didukung oleh Golkar bermunculan, seperti Indra Muchlis Adnan (Ketua DPD I Golkar Riau non aktif), Herman Abdullah (mantan Walikota Pekanbaru), Syamsurizal (mantan Bupati Bengkalis), Anas Ma’mun (Bupati Rokan Hilir), dan Septina Primawati Rusli (istri Gubernur Riau, Rusli Zainal) ikut meramaikan bursa pencalonan dari Partai Golkar.

Di luar nama-nama di atas, ada nama Muhammad Lukman Edi yang kemungkinan besar akan diusung oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Mantan Menteri Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal ini cukup populer namanya di kalangan masyarakat Riau. Prestasinya sebagai mantan menteri, walaupun hanya sebentar, cukup menjadi bahan pertimbangan. Hanya saja, faktor “perahu” pengusung akan dapat menjadi ganjalan baginya, mengingat PKB hanya memiliki tiga kursi di DPRD Riau. Sedangkan syarat minimal untuk pencalonan gubernur adalah 9 kursi.

Dari sejumlah nama-nama di atas yang bakal dicalonkan atau “mencalonkan” sebagai calon Gubernur Riau, sampai saat ini baru Partai PAN dan PKS yang telas secara resmi menetapkan calon gubernurnya, yaitu Jhon Erizal. Partai-partai lain masih sibuk melakukan tahapan penyeleksian. Mencari siapa yang paling cocok atau “dipaksakan” cocok sebagai bakal calon gubernur. 

Semua partai berlomba-lomba menawarkan calon gubernurnya kepada masyarakat. Berbagai usaha dan upaya dilakukannya. Mulai dari sosialisasi dengan cara turun langsung ke kampung-kampung sampai dengan menghambur-hamburkan uang untuk menaikkan baliho/spanduk yang sebesar-besarnya. Dengan harapan, masyarakat akan mengenalnya dan kemudian memilihnya.

Jhon Erizal sebagai “wajah baru” di belantika perpolitikan Riau sudah jauh-jauh hari bekerja keras turun ke lapangan demi mendongkrak popularitasnya. Dikatakan wajah baru, karena Jhon Erizal bukan merupakan seorang polititsi atau birokrat yang berkarir di Riau. Dia berangkat dari seorang pengusaha muda yang kemudian terjun ke politik sebagai Bendahara Umum DPP PAN. Sejauh ini, nama Jhon Erizal masih terkesan bersih karena belum ada “noda” yang mengotorinya.

Sebagai politisi senior, Mambang Mit tidak mau kalah dengan para juniornya. Sebagai Ketua DPD I Demokrat Riau sekaligus Wakil Gubernur Riau, jelas dia berharap banyak akan mendapatkan restu dari DPP Demokrat. Achmad sebagai Ketua DPD II Demokrat Rokan Hulu, yang juga merupakan Bupati Rokan Hulu, tidak tinggal diam. Dia mempunyai harapan yang sama, yakni mendapat restu dari “bosnya” di DPP. Sejauh ini keduanya masih mempunyai peluang yang sama untuk dicalonkan dari Partai Demokrat Riau.

Berbeda dengan partai-partai lain yang sudah mulai mengerucut kepada salah satu nama (sebagian beberapa nama), Partai Golkar masih disibukkan dengan masalah iunternalnya. Wacana untuk mengadakan musdalub Partai Golkar Riau disinyalir akan dapat memecah belah suara Golkar. Indra Muchlis Adnan sebagai Ketua DPD nonaktif merasa telah didzalimi dan tidak terima untuk digulingkan. Tetapi fakta lain, bahwa sembilan dari dua belas DPD II sudah sepakat untuk mengadakan musdalub, nampaknya tidak bisa dihindarkan lagi. Maka, konsentrasi untuk memilih bakal calon yang diusung dari Partai Golkar bergeser kepada suksesi untuk menjadi ketua DPD Golkar menggantikan Indra. 

Kita tidak tahu sampai kapan dinamika di tubuh Golkar Riau akan berujung. Pastinya, nama-nama seperti Herman Abdullah, Syamsurizal, Djohar Firdaus, Yopi, Anas Ma’mun dan kader Golkar lain akan saling “sikut” demi menduduki Golkar Riau satu. Estimasinya sederhana, barang siapa yang bisa menjabat sebagai Ketua Golkar Riau, maka kemungkinan besar akan dijagokan sebagai calon gubernur.

Nama yang tidak boleh kita lupakan adalah Muhammad Lukman Edi. Sebagai politisi muda yang dibilang sukses dalam karir politiknya, dia mempunyai peluang yang cukup besar untuk dapat memenangi kontelasi pilgub Riau 2013 yang akan datang. Sebagai anggota DPR-RI yang mewakili daerah pemilihan Riau, dia cukup gencar dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Adik dari Bupati Indra Giri Hilir, Indra Muchlis Adnan, ini cukup popular di tengah masyarakat Riau. Namanya cukup bersih karena sejauh ini belum ada terlibat dengan kasus korupsi. Hanya saja, dia perlu bekerja lebih keras lagi untuk bisa mendapatkan perahu dukungan. PKB saja jelas tidak cukup, maka dari itu dia harus mampu mengambil hati partai lain yang mempunyai wakil di DPRD Riau untuk mendukungnya. 

Kubu PDIP dapatlah bernafas agak lega karena sudah mempunyai 7 kusri, jadi tinggal mencari kekurangannya yaitu 2 kursi lagi. Sebagai Ketua PDIP Riau, Suryadi Khusaini sendiri sudah siap apakah dia akan mencadi calon gubernur ataupun wakil gubernur. Tinggal menunggu keputusan dari DPP, siapa yang akan diusung sebagai calon dan siapa wakilnya. Barangkali faktor tokoh dan partai koalisi akan dapat menentukan keputusan dari PDIP. 

Sedangkan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), hingga saat ini belum menentukan sikapnya. Terdengar kabar bahwa anggota DPR-RI yang juga mantan Wakil Gubernur Riau, Wan Abubakar, akan diusung oleh mereka. Namun tersiar kabar juga, bahwa PPP Riau juga siap untuk mendampingi partai Demokrat. Kita tunggu saja tanggal mainnya.

Dari sekian banyak nama-nama bakal calon gubernur, pastinya masing-masing dari mereka berharap dapat menjadi calon dan akhirnya terpilih oleh masyarakat sebagai Gubernur Riau. Partai sah-sah saja berlomba-lomba untuk menawarkan calon gubernurnya kepada rakyat. Strategi pemenangan boleh-boleh saja dilakukan dengan berbagai cara, selama masih dalam batas kewajaran dan tidak keluar dari nilai-nilai estetika berpolitik. 

Namun pada akhirnya mereka semua harus sadar, bahwa keputusan akhir berada di tangan rakyat. Rakyatlah yang mempunyai kuasa untuk menentukan siapa yang akan menjadi pemimpinnya. Rakyat sudah mulai cerdas dalam memilih pemimpinnya. Tidak lagi sebatas melihat figur yang gagah perkasa atau keren dan dari partai mana. Rakyat hari ini menginginkan perubahan yang nyata. Bukan hanya sekedar calon yang menebar janji-janji palsu “lip service” yang tidak terealisasikan. Semangat untuk terus memajukan bumi lancang kuning dan mensejahterakan rakyatnya, menjadi kunci utama perubahan. Itulah pilihan hati rakyat Riau. 

Penulis adalah Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kabupaten Rokan Hulu dan Mahasiswa FE Universitas Riau