Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

GURU INSPIRATIF DI TENGAH KRISIS PENDIDIKAN
Oleh : opn/dd
Senin | 01-10-2012 | 11:00 WIB

Oleh: Aripianto

GURU ADALAH orang yang mengantarkan seseorang untuk mencapai kemuliaan. Guru begitu memiliki peranan penting dalam proses belajar siswa, yang memberikan pencerahan bagi siswanya dan mampu melahirkan siswa yang tangguh, siap menghadapi aneka tantangan sekaligus memberi perubahan yang hebat bagi kehidupannya. Pencerahan itu pasti lahir dari guru yang inspiratif.

Istilah guru inspiratif dapat kita artikan sebagai guru yang memiliki orientasi jauh lebih luas. Guru inspiratif memilih melakukan tindakan yang sangat strategis, yaitu bagaimana ia mampu memberikan perspektif yang mencerahkan serta menawarkan perspektif yang memberdayakan, menghasilkan energi yang kreatif. Seorang Guru inspiratif tidak hanya melahirkan daya tarik dan spirit perubahan terhadap diri siswanya dari aspek diri pribadinya semata, tetapi ia juga harus mampu mendesain iklim dan suasana yang juga inspiratif.

Penciptaan pola yang inspiratif akan semakin memperkukuh karakter dan sifat inspiratif yang ada pada diri guru. Perpaduan keduanya, yaitu karakter diri guru dan suasana pembelajaran, akan menjadikan dimensi inspiratif, semakin menemukan momentum untuk mengkristalkan dan membangun energi perubahan positif dalam diri setiap siswa.

Dalam usaha untuk menciptakan iklim pembelajaran yang inspiratif, aspek paling utama yang harus diperhatikan oleh guru adalah bagaimana guru mampu untuk menarik dan mendorong minat siswa untuk tenang dan menyukai pelajaran. Penciptaan suasana pembelajaran yang inspiratif sangat penting artinya untuk semakin mengukuhkan dan mendukung kekuatan inspiratif yang bersumber dari diri pribadi guru. Dua aspek ini, pribadi guru dan suasana pembelajaran, pada gilirannya akan mampu mengakumulasikan potensi dalam diri para siswanya untuk semakin meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya.

Proses pembelajajaran tidak sekedar mengandalkan metodologi yang ada dalam kurikulum pendidikan, tetapi juga membangun suasana yang produktif sehingga proses pendidikan memungkinkan semakin aktif dan kreatifnya siswa dalam proses pembelajaran. Guru akan lebih tepat sebagai fasilitator, motivator, dan inspirator. Menempatkan guru dalam suasana pendidikan yang produktif akan menumbuhkan gerak kreatif siswa dalam memahami pelajaran. Suasana produktif bisa dilihat dari meningkatnya semangat siswa dalam belajar, semakin melejitnya prestasi siswa dan makin kompetitifnya meraih ilmu yang semakin tinggi dan bermanfaat.

Menjadi Guru Kreatif

Menjadi seorang guru yang kreatif saat ini tampaknya sudah menjadi suatu keharusan. Sebab, guru yang kreatif akan mampu menciptakan proses pembelajaran yang memudahkan peserta didik menerima materi yang disampaikan dengan proses yang menyenangkan. Selain itu, kreatifitas adalah salah satu modal untuk menjadi guru profesional. Pertanyaannya adalah, bagaimana cara kita untuk menjadi guru kreatif? Di sini akan diuraikan beberapa kiat yang bisa membantu kita menjadi guru yang kreatif, diantaranya: (1) Jadilah penjelajah pikiran. Salah satu ciri guru kreatif adalah selalu terbuka dengan gagasan atau kemungkinan baru. Dia aktif mencari dan mengembangkan gagasan atau cara yang berbeda untuk peningkatan kualitas pembelajaran siswa.

(2) Kembangkan pertanyaan. Guru kreatif akan selalu bertanya dan mencari terus menerus tentang yang dia lihat dan lakukan dalam pembelajaran. Dengan demikian dia akan terus berkembang dan tidak menganggap segala sesuatu sudah semestinya dilakukan melainkan akan menghasilkan cara yang lebih baik untuk peningkatan kualitas belajar siswa. (3) Kembangkan gagasan sebanyak-banyaknya. Guru kreatif akan selalu mencari banyak solusi dan alternatif. Dia akan mengembangkan kreativitas dan imajinasi yang dia punya untuk meningkatnya kualitas pembelajaran.

(4) Ciptakan model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Seorang guru yang kreatif akan selalu berpatokan pada learning is fun. Dia akan selalu menciptakan model dan metode pembelajaran yang menyenangkan sehingga anak didiknya merasa tertarik tentang apa yang dia sampaikan dan tidak merasa jenuh dalam kegiatan belajar (Sumber bacaan: Menjadi Guru Inspiratif, Penulis: Ngainun Naim)

Istilah guru inspiratif dipopulerkan oleh seorang pakar manajemen Rhenald Khasali. Dalam artikelnya di harian Kompas edisi 29 Agustus 2007, Khasali membagi guru dalam dua kategori, yaitu guru kurikulum dan guru inspiratif. Menurut Ketua Magister Manajemen UI ini, guru kurikulum adalah sosok guru yang amat patuh kepada kurikulum dan merasa berdosa bila tidak bisa menstransfer semua isi buku yang ditugaskan sesuai dengan acuan kurikulum. Sedangkan guru inspiratif memiliki orientasi jauh, yang tidak hanya terpaku pada kurikulum, tetapi juga memilki orientasi yang lebih luas dalam mengembangkan potensi dalam kemampuan para siswanya.

Krisis Pendidikan

Di Harian Kompas Jumat, 21 Agustus 2009, digambarkan krisis pendidikan semakin parah justru setelah Indonesia berdemokrasi dan bebas memilih apa yang terbaik untuk rakyat dan lepas dari belenggu kediktatoran. Tak seperti krisis ekonomi, krisis pendidikan ini berimplikasi pelan tapi pasti dan kuat pada struktur sosial di masa depan.

Biang utama dari krisis pendidikan adalah sistem pendidikan yang mengadopsi sistem pasar dan konsep efisiensi privat atau perusahaan swasta yang dibawa pada ranah pendidikan yang bersifat publik. Sistem ini sebenarnya telah melecehkan konstitusi yang menempatkan negara yang berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa.

Penghayatan terhadap totalitas konstitusi sebagaimana dirumuskan oleh para pendiri bangsa, konstruksi sosial masyarakat yang sudah terkapitalisasi, dan ketidakcukupan pemaknaan yang lebih tegas, banyak melahirkan peraturan dan perundangan yang membawa ideologi yang sama sekali tidak dikehendaki oleh pendiri bangsa ini. Bahkan, ketika konstitusi mengamanatkan dengan jelas alokasi anggaran untuk pendidikan, masih banyak dimaklumi pemunduran penerapannya. Bahkan ketika kesempatan itu ada, maka implementasi alokasi anggaran masih serabutan dan tidak jelas arahnya.

Ideologi dasar sistem pendidikan Indonesia saat ini tak lain adalah ideologi neoliberal murni, meski masih dibatasi oleh kondisi sosial. Artinya, kerangka dasar sistem pendidikan Indonesia adalah ideologi neoliberal dengan penyesuaian-penyesuaian kecil yang terlihat peduli pada hak-hak dan beban sosial masyarakat. Jadi perhatian pada hak rakyat atas pendidikan hanya ditempatkan sebagai kendala, yang dipenuhi agar sistem utama dapat berjalan. Dalam sistem seperti ini pendidikan ditempatkan sebagai komoditas, peranan pemerintah diminimalisasi dengan berfokus pada kontrol kurikulum dan standar, melakukan desentralisasi kepada pemerintah daerah atau dengan kata lain negara melempar kewajibannya pada entitas politik lokal.

Dalam diskusi terbatas di Sekolah Jubilee pada awal April 2012 lalu tersingkap lokus krisis pendidikan di Indonesia. "Krisis pendidikan" yang dimaksudkan adalah kegagalan pendidikan berfungsi secara normal sebagai basis terciptanya daya saing Indonesia sebagai bangsa. Disimak secara keseluruhan, krisis pendidikan itu bersangkut paut dengan sarana dan prasarana, pembiayaan serta kualitas guru. Tetapi diskusi terbatas di Sekolah Jubilee itu justru memberi tekanan secara sangat kuat pada persoalan rendahnya kualitas guru. Bahkan, rendahnya kualitas guru itu ditengarai sebagai lokus sesungguhnya dari krisis pendidikan.

Memang, tak memadainya sarana dan prasarana serta pembiayaan merupakan faktor yang turut mendistorsi kebermaknaan pendidikan bagi bangsa ini. Namun dibandingkan dengan problem jongkoknya kualitas guru, tak memadainya sarana dan prasarana serta pembiayaan merupakan persoalan yang relatif dapat diatasi. Sementara rendahnya kualitas guru, justru menuntut adanya solusi masalah yang bersifat mendasar dan menyeluruh. Ini karena, jongkoknya kualitas guru sepenuhnya bertali-temali dengan pengerahan sumber daya manusia pendidik. Artinya, dibutuhkan orientasi dan pergeseran mentalitas orang per orang yang menyebut dirinya guru agar sepenuhnya menjadi tulang punggung terciptanya corak pendidikan yang bermutu......

Penulis adalah Wakil Bidang Litbang dan Infokom GMNI Kota Pekanbaru dan Mahasiswa PKn/FKIP/Universitas Riau.