Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Starbucks Cina Diprotes karena Beroperasi Dekat Kuil
Oleh : dd/dtf
Jum'at | 28-09-2012 | 12:34 WIB

HANGZHOU, batamtoday - Starbucks merupakan perusahaan kedai kopi terbesar di dunia. Gerainya tersebar di 60 negara dan terus bertambah. Namun, cabangnya yang baru dibuka di Hangzhou, Cina, terancam tutup karena mendapat protes dari masyarakat setempat.


Menurut berita yang dilansir China.org.cn Senin (24/9/12), pembukaan gerai Starbucks dekat kuil Lingyin, Cina Timur, memicu protes dari warga sekitar. Kedai kopi yang berjarak 20 menit dari kuil Buddha ternama ini dianggap invasi budaya. Mereka menuntut agar gerai yang beroperasi Sabtu (22/9/12) ini ditutup.

Sebelumnya, Starbucks membuka gerai di dalam Palace Museum, Beijing, Cina, pada 2001. Wisatawan sering mengabadikan perpaduan kontras antara globalisasi modern yang diwakili Starbucks dengan latar kuno istana Forbidden City, lalu memajangnya di jejaring sosial.

Melihat fenomena tersebut, Rui Chenggang merasa tersinggung. Pembaca berita di stasiun TV CCTV ini menganggap bahwa Starbucks telah menginvasi situs nasional yang dianggap suci. Iapun memimpin kampanye menuntut penutupan Starbucks yang akhirnya terwujud pada 2007.

Beroperasinya Starbucks dekat kuil Lingyin pun tak ayal menimbulkan perdebatan di dunia maya. Menurut China News Service, pengguna internet menganggap bahwa Starbucks kini 'melarikan diri' dari istana Cina menuju rumah Buddha. Mereka merasa bahwa komersialisasi telah menghancurkan budaya tradisional.

Kemarahan ini dipicu oleh kabar yang beredar di jejaring sosial bahwa Starbucks Lingyin Temple beroperasi di dalam kuil. Namun, juru bicara Starbucks menyanggah. "Selama 13 tahun Starbucks beroperasi di Cina, kami selalu menjaga rasa hormat terhadap warisan budaya dan sejarah Cina," ujarnya seperti dikutip dari Huffington Post (26/9/12).

Wang Shan, deputi direktur badan administrasi Lingyin, mendukung pernyataan tersebut. "Sebenarnya letak kedai kopi itu jauh dari kuil. Starbucks berlokasi di tourist service area di jalan raya Lingyin," jelasnya. Untuk memperjelas bahwa gerai ini berlokasi di luar kuil, pihaknya meminta Starbucks untuk mengubah namanya dari 'Lingyin Temple Starbucks' menjadi 'Lingyin Starbucks'.

Ia menambahkan bahwa badan administrasi Lingyin telah mengontrol lingkungan komersial di sekeliling kuil secara ketat. "Toko baru hanya bisa beroperasi setelah melewati serangkaian pemeriksaan. Tujuan kami adalah untuk melindungi lingkungan dan budaya kuil Lingyin," ujar Wang Shan.

Meski demikian, sebagian orang menyadari bahwa area di sekitar kuil Lingyin telah berkembang menuju kapitalisme. Contohnya, sebuah gerai KFC yang terletak tak jauh dari Starbucks telah beroperasi selama enam bulan. Di sanapun terdapat supermarket dan beberapa restoran lain.