Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Gani Lasya

Bangun Daerah Lewat Pendidikan di Hinterland
Oleh : ypn/dd
Selasa | 18-09-2012 | 14:31 WIB
gani-lasya-2.gif Honda-Batam

PKP Developer

Gani Lasya,  Kepala Biro Sekretariat dan Protokol BP Batam.

BATAM, batamtoday - Banyak cara dilakukan tokoh masyarakat dalam berperan serta membangun daerah sesuai kemampuan pribadi dan kebutuhan daerahnya. Begitu juga dengan Gani Lasya, salah satu pejabat Badan Pengusahaan (BP) Batam yang saat ini menjabat sebagai Kepala Biro Sekretariat dan Protokol.


Ditengah kesibukannya yang padat setiap hari, suami dari Noorjanah ini masih menyempatkan waktunya membangun dan memimpin tiga yayasan sosial yang dua diantaranya mengurus pendidikan.

Gani Lasya, yang sekarang juga tercatat masih sebagai Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) Provinsi Kepri ini, sejak 1990 telah mendirikan Yayasan Al-Mulk di daerah Sekupang, Yayasan At Taqwa di Nongsa dan Yayasan Ma'rif di Pulau Selat Nenek.

Yayasan Al-Mulk didirikan untuk menaungi anak-anak yatim piatu, Yayasan At Taqwa menyelenggarakan pendidikan Al Qur'an dan Yayasan Ma'rif mengelola sekolah.

Menariknya, yayasan terakhir itu mengelola sekolah di Pulau Selat Nenek yang menjadi salah satu kawasan pesisir (hinterland) di Kota Batam.

Mengeruk keuntungan, jelas bukan tujuan Gani Lasya mendirikan yayasan pendidikan di daerah itu. Selain badan tersebut berbentuk yayasan yang nonprofit, pendirian sekolah di daerah hinterland tentunya jauh dari orientasi penyelenggaran pendidikan yang saat ini sudah bergeser ke arah industrialisasi.

"Apa yang terjadi di kawasan hinterland saat ini adalah pendidikan sangat lemah. Banyak anak-anak yang belum selesai sekolah sudah disuruh orang tuanya menangkap ikan," tutur Gani Lasya menjelaskan motivasinya mendirikan sekolah di kawasan hinterland melalui Yayasan Ma'rif.

Figur yang pernah menjadi aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) semasa kuliah di Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini mengatakan, dari penglihatan dan pemikirannya selama ini masih banyak masyarakat Batam yang tinggal di kawasan hinterland hanya memikirkan kebutuhan jangka pendek.

Sehingga menyuruh anak-anaknya pergi melaut untuk ikut membantu kebutuhan keluarga tanpa terlalu memikirkan pendidikan anak-anaknya.

Kondisi ini salah satu yang menjadi penyebab masih tertinggalnya kualitas pendidikan anak-anak yang bermukim di kawasan hinterland.

Selain itu, lanjutnya, masih banyak juga jarak antara sekolah dengan rumah warga yang jauh sehingga membutuhkan biaya transportasi yang tinggi yang membebani para orang tua murid.

"Itu yang membuat saya berpikir, bagaimana mendorong mereka untuk menyekolahkan anaknya, salah satunya dengan menghadirkan sekolah di sana. Saya berpikir, orang yang bisa maju itu orang yang sekolah," kata pria yang juga meraih gelar S-2 Manajemen di Universitas Hamka, Jakarta ini.

Kesenjangan ekonomi antara masyarakat perkotaan (mainland) dengan hinterland menurutnya tidak akan bisa diselesaikan tanpa peningkatan pendidikan bagi anak-anak hinterland.

Pria yang memiliki seorang putra dan empat putri ini, meyakini pendidikan pasti membawa perubahan terhadap masyarakat dan maju mundurnya ekonomi masyarakat diukur dari tingkat pendidikan.

Lebih jauh, pria yang lahir pada 1 Januari 1953 di Batu Besar, Batam, ini menjelaskan, dalam menyelenggarakan pendidikan di Selat Nenek, Yayasan Ma'rif tidak memungut biaya tinggi kepada para muridnya, bahkan uang pendaftaran pun dibebaskan.

Menurutnya, biaya operasional sekolah selama ini ditopang oleh para donatur dan uang pribadinya yang memang dia sisihkan untuk membantu pembiayaan sekolah, tidak dikutip dari para murid.

Walaupun demikian, soal kualitas tidak kalah dengan sekolah-sekolah yang ada di perkotaan.

"Setiap tahun murid-murid kita lulus 100 persen," ujarnya.

Selain kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan sesuai kurikulum yang ditetapkan pemerintah, kualitas pendidikan yang baik itu juga berkat komunikasi yang selalu terpelihara antara para orang tua murid dengan pengelola sekolah, bahkan langsung kepada dirinya.

Seringkali Gani Lasya menerima keluhan para orang tua murid yang langsung mendatanginya ke tempat dia bekerja, BP Batam.

"Saya tidak mengharapkan keuntungan materil dari yayasan ini, tapi kelebihan secara immateril, semacam investasi untuk akhirat saja," ucapnya sambil tersenyum.

Apakah terhenti sampai ketiga yayasan itu? Tidak. Pria yang juga telah meraih gelar master hukum itu mengatakan dirinya telah berencana akan membentuk satu lagi yayasan pendidikan dalam waktu dekat.

"Ada rencana mengembangkan satu yayasan pendidikan lagi dari SD sampai perguruan tinggi, sekarang lagi proses pendiriannya. Yayasan ini akan berdiri di Pulau Batam, tepatnya di daerah Batu Besar," jelasnya.