Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Yummy, Pedes dan Harganya juga Pedessss

Sluurruupp...Nikmatnya Bakso Kampung Bule
Oleh : Sumantri
Rabu | 16-02-2011 | 08:04 WIB

Batam, batamtoday - Jam segini, enaknya dihabiskan bersama semangkuk bakso panas, dengan potongan tetelan daging yang hhhmm...sedappp. Dimana anda bisa dapatkan panganan familiar ini di sebuah sudut di batam, di bilangan Nagoya tepatnya yang akrab disebut 'Kampung Bule'. Sebenernya di Batam, banyak sekali abang tukang bakso, yang secara mobile maupun statik (diem ditempat), menawarkan kehangatan semangkuk bakso. Namun beda orang, tentu saja beda selera. dan benar kata salah seorang temen saya, bahwasanya masalah selera itu adalah relatif, abstrak dan absurd.

But any way, okelah...kita kesampingkan dulu hal-hal berbau abstrak atau apalah itu sebutannya, mari kita bicara soal bakso. (tiba-tiba saya jadi bersemangat) mendengar kata bakso, tentulah yang ada dibenak anda adalah gumpalan daging yang telah diolah menyerupai bola yang disajikan panas plus mie, baik mie kuning, miehun atau soun. Wwooo, kebayang serunya...apalagi bakso tersebut memang telah memiliki reputasi yang baik di tengah masyarakat.

Seperti misalntya gerai Bakso yang berlokasi di Kampung Bule Nagoya, bukan hanya saya yang menyebut 'tukang bakso' itu dengan sebutan Bakso Kampung Bule, namun ternyata hampir setiap teman-teman saya juga memanggil gerai bakso ini dengan panggilan serupa, Bakso kampung bule. Lalu point pentingnya dimana dan apa? apa sih hebatnya Bakso Kampung Bule??

Baiklah, saya coba terangkan apa yang saya rasakan ketika menikmati semangkuk bakso "kampung Bule Nagoya pada Selasa, 15 Februari 2011, ba'da maghrib tepatnya. Nah disini letak perbedaannya, terutama pada rasa bakso itu sendiri yang..hhmmm....bagi saya susah diungkapkan dengan kata-kata. namun demikian sebagian teman saya ada yang bilang "ah..biasa aja tuh..standar". Tapi sekali lagi soal selera dan penjabaran rasa, setiap orang tentunya memiliki taste yang berbeda-beda.

Porsi yang ditawarkan oleh abang tukang bakso "Kampung Bule Nagoya" ini kurang lebih sama dengan bakso-bakso yang lain. Semangkuk bakso komplit terdiri dari mie kuning atau mie putih atau soun (sesuai selera anda), 3 buah bakso kira-kira seukuran bola golf, dan 3 buah bakso dengan size yang lebih kecil. dan hal lain yang mengejutkan saya adalah, taburan tetelan daging dan lemak sapi yang dijadikan satu dalam sebuah mangkuk.

Wahhh...aromanya itu loh, bikin semangat jadi naik kembali. Untuk memperlengkap cita rasa bakso ini, abang tukang bakso, memberikan pilihan berupa condimen seperti kecap, saus, cuka dan sambel yang telah tertata rapi di meja yang disediakan. Dan waktupun terasa singkat untuk melahap bakso yang menurut saya, bakal saya datangi lagi dan lagi.

Dan kekagetan saya juga bertambah, ketika saya hendak membayar apa yang saya telah nikmati. Keterkejutan itu disebabkan oleh harga yang harus dibayar oleh konsumen untuk semangkuk bakso yang boleh dibilang "enak". Harga perporsi mencapai 12 ribu, plus teh obeng 3 ribu, jadinya 15 ribu. Saya pikir, cukup mahal untuk ukuran bakso yang gerainya masih nempel di trotoar sebuah toko di Kampung Bule Nagoya.

Penasaran ingin tahu, kenapa harganya sedemikian rupa, saya mencoba iseng nanya sama abang tukang bakso-nya. Dan alasannya adalah, lokasi Kampung Bule yang memang memiliki nilai ekonomis untuk usaha jenis pangan. Meski nggak setuju, tapi saya pikir masuk akal juga. Andai saja abang tukang bakso itu bisa mengambil salah satu ruko di daerah Kampung Bule, bukan tidak mungkin harganya melakukan penyesuaian, mungkin menjadi Rp 20 ribu. Hmmm...ya sudahlah. Pokoke, selamat menikmati Bakso 'Kampung Bule Nagoya' untuk anda yang penasaran dnegan rasanya. Satu lagi, lokasi tepatnya ada di samping Bank Danamon Nagoya. Dan sekali lagi...untuk semua pembaca setia batamtoday...selamat menikmati.