Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Rezim Neoliberal bertanggung jawab terhadap terjadinya kekerasan beragama!!!
Oleh : Redaksi
Rabu | 09-02-2011 | 14:59 WIB

Tindakan kekerasan yang dilakukan sekelompok orang yang mengatasnamakan agama Islam sungguh sudah diluar batas nalar seorang manusia. Pembataian terhadap jemaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang dan pembiaran oleh aparat kepolisian menunjukkan bahwa rezim Neoliberal sudah tidak memiliki rasa kemanusiaan terhadap warga negaranya. Tiga jemaah Ahmadiyah harus meregang nyawa dengan kondisi yang sangat mengenaskan setelah dibantai oleh organisasi preman berjubah yang berkedok pembela Islam.

Peristiwa yang terjadi pada tanggal 6 Februari 2011 di Cikeusik-Pandeglang, tentunya bukan peristiwa satu-satunya yang memperlihatkan tindakan kekerasan oleh organisasi preman berjubah di Indonesia. Intimidasi yang menjurus pada tindakan kekerasan terhadap jemaah Ahmadiyah telah dimulai sekitar tahun 2000-an. Munculnya Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri mengenai Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang ditandatangani pada tahun 2008 maka menunjukkan rezim Neoliberal telah memihak kepada salah satu keyakinan untuk menindas keyakinan yang lain. SKB tiga menteri tersebut justru menjadi pemicu dan legitimasi bagi kelompok tertentu untuk menyerang keyakinan lain.

Sejak tahun 2007 hingga 2010 saja, termasuk saat diberlakukannya SKB 3 menteri soal Ahmadiyah, telah terjadi 286 kali serangan dan kekerasan terhadap jemaah Ahmadiyah di Indonesia. Walaupun sedemikan banyak jumlah kekerasan yang muncul terhadap jemaah Ahmadiyah, rezim Neoliberal hingga saat ini, tetap menolak untuk menindak tegas para preman berjubah tersebut. Sementara kita tahu, organisasi-organisasi preman berjubah ini seringkali menebarkan teror kepada seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya kepada jemaah Ahmadiyah. Kelompok minoritas, aktivis pro-demokrasi dan kegiatan-kegiatan sosial masyarakat seringkali diteror dan dibubarkan secara paksa oleh para preman berjubah ini.

Peristiwa kekerasan ini kemudian terulang kembali pada tanggal 8 Februari 2011 di Temanggung. Belum selesai permasalahan di Cikeusik-Pandeglang, organisasi preman berjubah ini kembali menebarkan teror dengan membakar sejumlah gereja di Temanggung. Desakan rakyat agar rezim segera membubarkan organisasi preman berjubah ini sudah semakin meningkat.

Namun kenyataannya jelas, rezim Neoliberal berusaha untuk memelihara organisasi preman berjubah ini tetap hidup. Rezim Neoliberal memerlukan tangan-tangan preman berjubah untuk mengintimidasi dan meneror rakyat yang berusaha menghalang-halangi kehendak rezim Neoliberal. Hal ini dibutuhkan agar tangan rezim Neoliberal tetap “bersih” dari tindakan kekerasan dan intimidasi kepada rakyat, ketika rezim Neoliberal hendak menerapkan berbagai kebijakan yang pro terhadap Neoliberalisme. Rezim Neoliberal dengan liciknya berusaha untuk memaksakan kehendaknya dengan menggunakan para preman berjubah.