Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bakteri Berbahaya Muncul di Lokasi Jatuhnya Sukhoi
Oleh : Redaksi/Inilah.com
Sabtu | 19-05-2012 | 11:13 WIB
sukhoi_ekor.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Foto: Inilah.com.

SUKABUMI, batamtoday - Setelah dilakukan evaluasi bersama para sukarelawan, akhirnya Pos Cimalati dalam mendukung Operasi SAR Sukhoi di Gunung Salak 1 ditutup secara resmi pada Jumat (18/5/2012) kemarin.

Pos Cimalati yang berada di Perkebunan Murbay Kampung Cikurutug Desa Pasawahan Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi ini merupakan inisiatif secara spontan para sukarelawan.

Pos Cimalati ini merupakan jalur yang paling terdekat menuju puncak Gunung Salak 1.

''Setelah melakukan evaluasi bersama dari beberapa lembaga dan sejumlah sukarelawan, akhirnya disepakati bahwa Pos Cimalati ini ditutup,'' kata Onscene Commander (OSC) Pos Cimalati, Soma Suparsa seperti dikutip dari Inilah.com, Sabtu (19/5/2012).

Namun, lanjut Soma bila pada kemudian hari Pos Cimalati diperlukan untuk menggelar Operasi SAR Sukhoi tentunya akan dibuka kembali.

''Hanya saja untuk kembali menggelar operasi SAR diperlukan kesepakatan bersama dengan para sukarelawan lainnya. Juga harus dipersiapkan sebelumnya,'' ujar Soma yang akrab disapa Kopral oleh sesama anggota Wanadri.

Mengenai penutupan Pos Cimalati ini, Soma menjelaskan hasil laporan sejumlah anggota tim yang melakukan pencarian dan penyisiran serta evakuasi di lokasi kecelakaan pesawat Sukhoi bahwa kawasan puncak Gunung Salak 1 saat ini rawan dengan virus penyakit.

''Penutupan ini ada beberapa pertimbangan, di antaranya pertimbangan penyebaran virus penyakit yang di sekitar lokasi kejadian. Karena peristiwa ini sudah berlangsung lebih dari tujuh hari, dan inipun hasil laporan tim dokter yang langsung ke lokasi,'' jelasnya.

Menurut dokter Chandra dari Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung bahwa di lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi telah terjadi proses pembusukan dari jenazah. Dalam proses pembusukan ini akan mengeluarkan gas dan menghasilkan bakteri yang berbahaya.

''Bakteri ini terlalu banyak membuat bahaya bagi para evakuator (orang yang melakukan evakuasi, red). Juga para evakuator ini tidak menyadari dan tidak merasakan bila mengalami luka-luka kecil pada bagian tubuhnya, padahal ini sangat berbahaya terkena bakteri,'' jelas Chandra.