Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Optimis Menatap Hidup dengan Berjualan Materai
Oleh : Ali/Dodo
Sabtu | 12-05-2012 | 15:09 WIB

BATAM, batamtoday - Kondisi perekonomian di Batam yang disebut-sebut semakin menurun, membuat segelintir orang menjadi pesimis. Lapangan kerja yang semakin sempit diyakini berakibat hidup di kota industri ini menjadi semakin sulit.

Namun pendapat itu tidak berlaku bagi seorang Arianto. Pria berusia 32 tahun asal Jawa Barat yang tinggal di bilangan Batam Centre ini tetap menatap optimis untuk menghidupi seorang istri dan dua anaknya.

Gaji Rp1,9 juta yang dia terima dari sebuah perusahaan pembuat seng di kawasan Batam Centre terhitung cukup kecil di tengah melambungnya harga kebutuhan pokok saat ini. Namun dia pantang menyerah dan mencoba mengambil keuntungan lebih dengan mengandalkan jasa yakni berjualan materai.

"Saya sisihkan gaji saya untuk membeli materai di Kantor Pos dan kemudian saya jual kepada orang yang membutuhkan," kata Arianto kepada batamtoday, Sabtu (12/5/2012).

Materai Rp6 ribu itu dibelinya dengan harga bandrol. Biasanya dia membeli sebanyak 100 helai materai dengan harga Rp600 ribu dan kemudian dijual lagi dengan harga Rp7 ribu kepada rekan dan koleganya. Jika dalam kondisi 'ramai', Arianto bahkan bisa menjual hingga 200 helai materai.

"Kebanyakan pembelinya adalah kawan-kawan yang mengurus dokumen perusahaan tempat mereka bekerja. Ada juga kawan-kawan yang mengurus dokomen pribadi," kata dia.

Keuntungan yang dia dapat 'hanya' Rp1.000 per helai. Namun dengan penjualan yang cukup 'ramai', dalam per bulannya dia bisa mengantongi keuntungan sekitar Rp200 ribu. Nominal yang cukup 'kecil' bagi orang berada, namun sangat berarti bagi seorang Arianto yang bertahan hidup di tengah kerasnya kehidupan Batam.

Tak hanya kepada rekannya di tempatnya kerja, Arianto terkadang juga menjual materei itu di dalam perhelatan pameran yang acap kali digelar di Batam.

"Kadang-kadang pas ada acara, seperti pameran perumahan, saya beli dua lembar materai isi 200 helai seharga Rp 1,2 juta. Untungnya lumayan untuk tambahan belanja, daripada kita menjual rokok," katanya kembali.

Tidak sampai di situ, terkadang buruh yang bekerja di bagian operasional ini mengatakan rejeki datang dengan sendirinya. Pada saat waktu luang dia  membantu teman-temannya yang meminta membayar iuran listrik dan air per bulannya.

"Kadang ada juga teman yang minta tolong mentransfer uang ke kampungnya. Lumayankan diberi Rp50 ribu," ujarnya sembari tersenyum usai membayar listrik rekan sekerjanya.

Arianto berfilosofi pasti ada rezeki bagi orang yang mau berusaha dan hal itu diyakininya selama pekerjaan yang dilakukan halal adanya.