Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Rivalitas Calon Pemimpin Indonesia Harus Berintegritas
Oleh : Redaksi
Rabu | 19-09-2018 | 17:40 WIB
ilustrasi-pemimpin.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Ilustrasi pemimpin. (Foto: Ist)

Oleh Arjuna Samaranthu

AJANG pesta demokrasi PEMILU 2019 sudah mulai digulirkan walaupun belum memasuki tahapan kampanye. Antusiasme setiap pendukung Calon dalam Pemilu 2019 sudah mulai terasa. Kini telah diputuskan dua pasangan yang akan mengisi kursi kepemimpinan Indonesia periode 2014-2022, yakni Pasangan Jokowi-Ma’aruf dan Pasangan Prabowo-Sandiaga.

Tahapan kampanye dan penyampaian visi dan misi dari calon untuk memberikan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia akan mulai dilaksanakan dari 13 Oktober 2018 sampai 13 April 2019.

Viralnya #2019gantipresiden dan #2019DiaPastiTakut merupakan salah satu bentuk rivalitas “murahan”. Tagar tersebut telah mendiskreditkan pasangan lain dalam PILPRES 2019 sebelum masa kampanye digulirkan. Muncul banyak polemik dan instabilitas politik akibat viralnya tagar tersebut.

Banyaknya media massa ataupun akunmedia sosial yang telah membuat opini untuk menjunjung tinggi salah satu pasangan calon dan menjatuhkan pasangan lainnya merupak rivalitas “murahan” yang seharusnya tidak dilakukan oleh sosok pemimpin bangsa.

Munculnya berbagai Isu SARA akhir-akhir ini, merupakan sebuah upaya dari sekelompok oknum yang memiliki kepentingan dalam tahun-tahun politik. Mereka akan mencoba membuat lawan mereka buruk bagi suatu kelompok masyarakat sehingga mereka mendapat keuntungan tanpa memikirkan keadaan situasi dan kondisi di masyarakat nantinya. Isu SARA pada nyatanya, lebih berbahaya daripada politik uang karena akan berdampak panjang.

Masyarakat Indonesia harus mulai memahami bahwa seyogyanya isu-isu SARA akhir-akhir ini sebenarnya dimanfaatkan oleh sekelompok oknum-oknum politik untuk mencapai tujuannya. Padahal kenyataannya, sejak bangsa Indonesia merdeka hingga saat ini adalah karena mengesampingkan SARA dan bersatu atau dikenal dengan slogan “Bhinneka Tunggal Ika”.

Namun semua seakan kontras dengan semboyan yang selama ini selalu kita bicarakan, kejadian yang ada di lapangan justru jauh dari makna Bhinneka Tunggal Ika. Banyaknya konflik yang terjadi karena keberagaman suku, agama, atau apapun itu adalah indikasi bahwa tidak semua orang paham akan makna semboyan negara kita tersebut.

Jika mereka mengaku paham akan makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika, mereka justru akan memahami perbedaan tersebut sebagai keberagaman yang akan memperkaya negeri mereka. Tetapi yang terjadi adalah keberagaman tersebut dijadikan alasan untuk menonjolkan perbedaan prinsip dan pendapat antar kelompok dan golongan.

Apabila kita ditelaah lebih lanjut, sangatlah jelas bahwa isu-isu SARA ini adalah isu buatan sekelompok oknum politik yang memiliki suatu kepentingan dan tujuan menjelang tahun-tahun politik mendatang dan secara tidak langsung mulai merusak kebersamaan dan persatuan di Indonesia.

Mereka membuat isu-isu ini seolah sebagai hal yang lumrah dan dibuat seolah adalah suatu bentuk membela kepercayaannya. Sehingga apabila hal semacam ini dibiarkan maka dimasa mendatang dapat menjadi sebuah proses dinamika politik yang tidak sehat.

Seharusnya setiap calon pasangan harus menunjukkan integritasnya sebagai calon pemimpin bangsa dalam setiap kampanye yang dilakukannya. Bukan malah menunjukkan rivalitas “murahan” seperti Viralnya #2019gantipresiden dan #2019DiaPastiTakut. Rivalitas yang ditunjukkan ke masyarakat harus dapat membangun citra dan jatidiri bangsa, bukan malah menjatuhkan pasangan lain dengan mencekoki masayarakat dengan konten-konten provokasi dyang tidak berintegritas.

Sebagai warga negara Indonesia, sudah saatnya untuk mulai membudayakan membaca banyak buku soal kenegaraan dan bersifat dingin terhadap isu-isu SARA. Jangan mau dengan mudah dijadikan alat politik, diprovokasi, bahkan digerakkan dan dikotak-kotakkan oleh isu-isu SARA untuk tujuan politik.

Selain itu, juga dibutuhkan kesadaran bersama untuk menjaga suasana kondusif dengan tidak memainkan isu SARA. Ada hal-hal lebih substantif dalam kehidupan berbangsa bernegara, yakni usaha mencapai kesejahteraan bersama-sama. Oleh karena itu, pilihlah pemimpin bangsa jangan hanya dari omongannya yang gencar di media sosial ataupun media massa, bangsa Indonesia butuh pemimpin yang berintergritas dan telah terbukti kinerjanya.

Jangan termakan oleh rivalitas yang tidak berintegritas, sukseska Pesta demokrasi 2019 dengan saling menghargai dan menghormati antar pendukung pasangan calon yang akan memperjuangkan kesejahteraan rakyat Indonesia di tahun 2019-2024.*

Penulis adalah Mahasiswa UI, Jurusan Ilmu Komunikasi