Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Beda Asian Games 1962 dan 2018
Oleh : Redaksi
Senin | 25-06-2018 | 10:40 WIB
siap-asian-games.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Gelora Bung Karno siap menjadi tempat pembukaan Asian Games 2018. (Foto: Ist)

Oleh Sulaiman Rahmat

INDONESIA mendapatkan kesempatan menjadi tuan rumah bagi Asian games untuk yang kedua kalinya. Sebelumnya Indonesia juga telah pernah mendapatkan kesempatan tersebut di tahun 1962 pada masa presiden Ir. Soekarno. Jika ingin dibandingkan, acara Asian Games yang akan diselenggarakan tahun ini dengan tahun 1962 tentunya berbeda. Namun, perbedaan tersebut justru menjadi sebuah keseruan dan bisa membuat kita menengok kembali kenangan tentang Asian games di tahun lampau.

Pada tahun 1962, Indonesia masih dalam awal pembangunan karena belum lama merdeka. Tentunya penyelanggaraan Asian Games tersebut pun masih belum semaksimal sekarang. Sementara di tahun 2018 ini pembangunan infrastruktur begitu gencar dilakukan, tak lain juga untuk menyambut Asian Games 2018.

Beberapa arena olahraga mendapat perhatian khusus untuk diperbaiki dan semakin di permegah lagi agar bisa sesuai dengan standar internasional. Salah satunya adalah Stadion Gelora Bung Karno yang sudah dipastikan akan digunakan dalam rangka pertandingan Asian Games.

Untuk mengenang Asian Games 1962, pemerintah mengadakan pameran yang digelar di museum kepresidenan RI Balai Kirti yakni masih dalam kompleks Istana Bogor. Pameran yang mengusung tema dua presiden RI tuan rumah Asian Games itu diharapkan dapat mengingatkan kembali semangat gotong-royong masyarakat Indonesia dalam mempersiapkan Asian Games dengan sebaik mungkin.

Jika di tahun yang lampau Indonesia berhasil mempersiapkan terselenggaranya Asian Games, maka di tahun ini pun semangat warga Indonesia perlu tetap ada dalam menyambut Asian Games. Sehingga Asian Games di tahun 2018 ini diharapkan dapat lebih sukses dan berjalan lancar dari sebelumnya.

Pameran ini memiliki sisi unik, yakni pengunjug akan dapat melihat seni arsitektur yang ditampilkan pada Asian Games 1962 maupun 2018. Pada masa 1962, Presiden Soekarno menggemparkan dunia dengan menjadi tuan rumah Asian Games padahal saat itu Indonesia belum lama merdeka dan masih banyak hal yang perlu disiapkan.

Berbeda dengan tahun 1962 yang baru awal membangun, saat ini pembangunan infrastruktur dan juga sarana olahraga hanya tinggal memperbaiki dan mempermegahnya. Presiden Jokowi melakukan pembangunan-pembangunan tersebut tanpa mengubah bentuk aslinya sehingga suasana dan semangat Asian Games 1962 masih tetap ada dan dapat dirasakan.

Pada tahun 1962, pengalaman Indonesia mengenai keikut sertaan pada event-event skala Internasioan masih baru, sedangkan di tahun ini tentunya Indonesia lebih berpengalaman dan lebih siap. Meski begitu, Asian Games tahun 1962 tidak bisa dianggap remeh karena Indonesia berhasil membuktikan bahwa bangsa yang belum lama merdeka juga punya atlet-atlet yang membanggakan.
Terbukti Indonesia mampu memperoleh banyak medali dan berada di peringkat 2 perolehan medali terbanyak. Di tahun ini pun, diharapkan para atlet Indonesia sekarang memiliki semangat juang yang sama dengan pendahulunya untuk memberikan yang terbaik bagi tanah air Indonesia.

Jika pada sebelumnya, Asian Games terpusat di Jakara. Pada tahun ini, akan diselenggarakan di dua kota yakni Jakarta dan Palembang. Ini pun sebagai pembuktian bahwa pembangunan Indonesia tidak hanya terpusat di ibukota. Daerah lain pun juga berhak memperoleh penghargaan untuk menyambut event besar sekelas Asian Games. Tak hanya tempat saja yang berbeda, tapi Asian Games 2018 ini juga akan lebih meriah karena diikuti oleh lebih dari 15000 atlet dari berbagai negara.

Cabang olahraga yang akan dipertandingkan pun lebih beragam. Jika di tahun 1962 hanya ada 13 cabang olahraga, di 2018 ini akan mempertandingkan 40 cabang olahraga. Demikian pula dengan logo untuk Asian Games 2018 yang tentu saja berbeda dengan logo 1962. Tak hanya logo, motonya pun beda lho. Jika pada era presiden Soerkarno ada semangat untuk ‘Maju Terus’. Kali ini para atlet Indonesia akan menggalang kekuatan untuk mewujudkan ‘The Energy of Asia’.

Dan yang lebih menghebohkan, apa lagi kalau bukan tiga maskot Asian Games. Padahal di tahun 1962 maskotnya justru disamakan dengan logo, tapi kali ini seperti juga yang telah dilakukan pada Asian Games di negara lain, maskot biasanya diambil dari sesuatu yang sangat mewakili negara tersebut. Maskot dibuat lucu dan menggemaskan agar orang menjadi tertarik. Begitu pula dengan 3 karakter yang dipiih Indonesia untuk dijadikan maskot pada Asian Games 2018.

Bagi yang belum tahu, pemilihan maskot untuk Asian Games sempat memicu kritik dari netizen. Sebelum kemunculan 3 maskot sekarang yang super lucu itu, maskot yang akan mewakili Asian Games sebenarnya hanya satu yakni karakter burung cendrawasih yang diberi nama Drawa. Namun, kemunculan Drawa tidak mendapat sambutan hangat dari masyarakat karena dinilai terlalu biasa untuk event besar seperti Asian Games.

Drawa sebagai burung cendrawasih dengan kostum pencak silat tersebut masih terlihat sederhana dalam hal desainnya. Maskot drawa kemudian dibandingkan dengan maskot sebelumnya dari Korea yang dinilai lebih modern dan berwarna-warni. Kritikan tersebut tidak hanya datang dari pegiat seni, tetapi juga orang awam.

Menanggapi kritikan tersebut, pemerintah pun akhirnya menggelar sayembara untuk mendapatkan maskot Asian Games yang lebih mewakili Indonesia. Setelah seleksi panjang, barulah diresmikan maskot Asian Game baru yang kita kenal sekarang.
3 karakter dalam maskot Asian Games 2018 ini benar-benar menggemaskan sekaligus dapat mewakili Indonesia sebagai bangsa yang besar dengan beraneka ragam budaya. Karakter yang diambil yakni, burung cendrawasih, rusa bawean, dan badak bercula satu. Ketiganya merupakan hewan khas Indonesia.

Seperti yang kita tahu bahwa cendrawasih menjadi burung yang langka. Burung ini menjadi burung khas Papua. Nah, maskot cendrawasih tersebut diberi nama Bhin-Bhin. Tak kalah menggemaskan, karakter Rusa Bawean yang terkenal dengan kecepatan larinya.

Maskot ini diberi nama Atung. Kemudian Kaka, yakni badak bercula satu yang masuk dalam spesies langka dan dilindungi yang masih dapat ditemukan di Indonesia. Tak hanya lucu dan memiliki arti, kostum dari ketiga maskos tersebut juga sangat mewakili Indonesia karena menggunakan baju khas daerah yang ada di di Indonesia.

Oh ya, Jika digabungkan, ketiga maskot tersebut menjadi Bhineka Tunggal Ika. Semboyan tersebut menjadi semboyan bangsa Indonesia dalam menciptakan persatuan selama ini. Indonesia memang memiliki keanekaragaman budaya dan diharapkan seluruh elemen dapat bersinergi menjadi satu kesatuan dalam mewujudkan energy of Asia.

Saat ini, persiapan untuk penyelenggaraan Asian Games 2018 sudah di tahap akhir. Dengan demikian, masyarakat pun diajak untuk ikut memeriahkan acara tersebut. Dilihat dari persiapannya yang digarap dengan matang, Indonesia memang berharap bahwa ajang pertandingan olahraga Asian Games ini akan membuat Indonesia semakin dikenal di mata dunia.

Sama halnya seperti yang dulu dikatakan oleh Presiden Soekarno, bahwa Asian Games dapat dijadikan alat untuk membangun karakter bangsa. Momentum ini sangat pas untuk menjadikan rakyat Indonesia bersatu padu demi suksesnya Asian Games 2018 yang juga akan menjadi sejarah baru di Indonesia. Oleh sebab itu, sudah saatnya kita sebagai masyarakat untuk ikut menyukseskan penyelenggaraan Asian Games 2018. *

Penulis adalah Mahasiswa Universitas 45 Mataram