Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Jalan Berliku Menuju Perdamaian Semenanjung Korea
Oleh : Redaksi
Jum\'at | 27-04-2018 | 18:40 WIB
kim-jung-un.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Kim Jong-un dan Moon Jae-in telah menyatakan sepakat akan meneken perjanjian damai, tahun ini. Namun, prosesnya dinilai masih panjang. (Korea Summit Press Pool/Pool via Reuters)

BATAMTODAY.COM, Korut - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in telah sepakat akan meneken kesepakatan damai dan mengakhiri perang kedua negara yang selama 65 tahun hanya dijeda gencatan senjata, tahun ini. Namun, prosesnya dinilai masih dihadapkan pada banyak rintangan.

Kim dan Moon menyepakati hal tersebut setelah menggelar pertemuan tingkat tinggi selama seharian di desa gencatan senjata zona demiliterisasi, Panmunjon, Jumat (27/4). Keduanya juga sempat berbicara empat mata selama 30 menit, tanpa didampingi anggota delegasi masing-masing.

Perbaikan hubungan antara Korut dan Korsel menyusul ketegangan yang memuncak pada 2017, ketika Kim beberapa kali melakukan uji coba peluru kendali, dan uji coba nuklir keenam sepanjang sejarah Korea.

Dalam pidato pergantian tahun, Kim mendadadak menyatakan niat untuk memperbaiki hubungan dan berpartisipasi di Olimpiade Musim Dingin. Upaya diplomatik yang berlangsung setelahnya, berujung pada pertemuan penuh kemesraan antara Kim dan Moon, hari ini.

Mike Chinoy, peneliti senior Institut Amerika Serikat-China di University of California, sekaligus mantan kepala biro CNN Beijing, memperingatkan agar tidak terbawa suasana dengan pemandangan yang dipertontonkan Moon dan Kim.

"Masih banyak hal yang mesti dilakukan sebelum niat baik ini beranjak jadi langkah praktis. Namun, ini jelas adalah titik balik, dan kini tantangannya adalah untuk Presiden [Amerika Serikat Donald] Trump dan Kim Jong-un untuk mengembangkannya," kata dia.

Dia juga mengatakan niat Kim dalam menyelesaikan isu nuklir masih dipertanyakan. Dalam pidatonya usai deklarasi bersama, Kim mengatakan kedua negara mesti bersatu, tapi tak menyinggung masalah denuklirisasi.

Vipin Narang, profesor ilmu politik MIT, mengatakan Korea Utara telah lama berkomitmen pada denuklirisasi Korea Utara. Namun, hal itu berbeda dengan perlucutan unilateral.

"Penegasan bahasa ini bukan hal yang baru dan mesti disikapi dengan waspada, termasuk juga soal pertemuan tingkat tinggi. Hal itu bisa diinterpretasikan berbeda oleh berbagai pihak, secara sengaja," kata Narang.

"Hingga ada bukti kesepakatan soal definisi dan langkah konkret terkait 'denuklirisasi Semenanjung Korea', tidak ada banyak ruang untuk bergerak, baik dalam hal potensi pelucutan, maupun soal konflik, jika definisi Korut berbeda dengan AS,"

Walau Kim tidak menyinggung masalah denuklirisasi dalam pidatonya, dokumen deklarasi bersama menyatakan kedua negara telah menyepakati denuklirisasi penuh.

"Memastikan tujuan yang sama merealisasikan, melalui denuklirisasi penuh, Semenanjung Korea yang bebas nuklir," bunyi deklarasi Panmunjom.

Menurut Duyeon Kim, peneliti tamu di Korean Peninsula Future Forum di Seoul, penyertaaan 'denuklirisasi penuh' dalam dokumen tersebut adalah kemenangan bagi Moon yang diperlukan untuk memastikan pertemuan hari ini berlanjut dengan dialog Kim dengan Trump.

"Dan dalam hal itu, tak penting apakah Kim Jong-un serius karena permainan sesungguhnya adalah antara dia dan Trump dalam soal nuklir."

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Udin