Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Meski Berpotensi, Capres Lawan Kotak Kosong Mustahil Terjadi
Oleh : Irawan
Jum\'at | 23-03-2018 | 11:26 WIB
diskusi3.jpg Honda-Batam
Diskusi Dialektika Demokrasi dengan tema '5 Parpol Diluar Pengusung Jokowi Membentuk 2 Poros Baru' di Gedung DPR, Kamis (22/3/2018) (Foto: Irawan)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Pemilu 2019 berpotensi melawan kotak kosong, jika semua partai mendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk melanjutkan periode keduanya sebagi Presiden RI.

Agar tidak melawan kotak kosong, partai-partai diharapkan membuat poros baru yang melahirkan dua atau tiga pasangan calon melawan Jokowi.

Hal itu terungkap dalam Diskusi Dialektika Demokrasi dengan tema '5 Parpol Diluar Pengusung Jokowi Membentuk 2 Poros Baru' di Gedung DPR, Kamis (22/3/2018).

Anggota DPR Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Al Muzammil Yusuf, mengungkapkan, jika pertanyaannya capres satu calon melawan kotak kosong atau dua atau tiga calon, sudah muncul pertanyaan  itu saat pembahasan UU Pemilu.

Saat itu ketika voting tentang pasal 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara nasional posisi DPR sudah terbagi pada 6 Fraksi melawan 4 Fraksi. Empat Fraksi adalah PAN, Gerindra, Demokrat dan PKS.

"Jadi saya kira dari peta itupun sudah terlihat, posisi kami berada berbeda dengan pilihan pemerintah, kalau kita membaca ke depan apakah Capres ke depan ini satu calon atau dua calon atau lebih? Kami mengatakannya Insya Allah minimal 2 calon, karena ada PKS dan Gerindra di calon kedua," kata Muzammil.

Pertanyaannya, apakah calon ketiga akan muncul? Maka hampir semua partai menginginkan ada Calon Presiden atau Cawapres yang muncul. Sebab calon tersebut tidak akan muncul jika partai tersebut tidak memiliki calon yang kuat.

"Memang kalkulasi kami dari 10 partai yang ada di DPR, hanya tiga partai yang bisa membentuk koalisi dua partai yaitu PDIP. Dia mengambil satu partai cukup. Golkar, Gerindra cukup. Kalau tidak ada Golkar, tidak ada PDIP dan tidak ada Gerindra maka mesti minimal tiga partai, itu rumusnya," ungkap Muzamil.

Oleh karena itu, diluar PKS dan Gerindra harus ada gabungan tiga partai, yakni Partai Demokrat, PAN dan PKB.

"Apakah itu akan menjadi realita? Saya tidak ingin mencampuri, tetapi semua partai ingin Calon Presiden dan Cawapres," katanya.

PKS, lanjutnya, berjanji bahwa Pilpres 2019 tidak akan melawan kotak kosong.

"Insya Allah Indonesia tidak akan melawan kotak kosong , PKS siap berada pada koalisi siapapun dan Gerindra untuk membangun poros berhadapan dengan incumbent," katanya.

Sedangkan pengamat politik, Pangi Syarwi Chaniago, menambahkan calon tunggal itu sangat mutahlil terjadi, jika berbicara simulasi sesuai dengan pasal 22, 20 persen kursi DPR dan 25 persen suara nasional.

Artinya, minimal 112 kursi, jika bicara tentang mengenai calon tunggal. Sebab suara Gerindra dan PKS saja apabila digabungkan sudah melebihi satu kursi syarat minimal 112 kursi.

"Poros pertama adalah kalau kita bicara poros incumbent, kedua adalah poros Hambalang dan ketiga adalah poros Cikeas, poros ketiga ini tergantung egonya partai," ucapnya.

Editor: Udin