Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kisah Josua yang Nyaris Meregang Nyawa di Tangan Bapaknya

Jangan Bawa Saya ke Orang Gila Itu....
Oleh : Romi Candra
Rabu | 14-02-2018 | 17:38 WIB
joshua.jpg Honda-Batam
Josua masih trauma, beginilah ekspresinya saat bertemu dengan awak media. (Foto: Romi Candra)

TAMPARAN apa yang lebih menyayat hati dari disebut gila oleh bocah buah kandung sendiri? Itulah yang dialami Johanes Siregar Sormin. Karena ulahnya yang menyiksa Josua, maka sang buah hati itu pun menyebutnya, gila. Sepedih apa penyiksaan yang dialami Josua? Berikut liputan wartawan BATAMTODAY.COM, Romi Chandra.

"Jangan, jangan bawa saya ke orang gila. Saya tidak mau jumpa orang gila. Malas...." Ucapan itu terlontar begitu saja dari mulut mungil Josua, bocah 6 tahun yang nyaris meregang nyawa setelah dianiaya bapak kandungnya sendiri, Johanes Siregar Sormin.

Begitu pedih siksaan yang dialami Josua, hingga bocah tegar ini melihat bapaknya sendiri tak lebih dari orang gila. Miris.

Orang gila? Iya. Itulah sebutan Josua untuk bapaknya sendiri, Johanes Siregar Sormin. Karena pada akhir Desember 2017 lalu, Josua nyaris meregang nyawa setelah disiksa. Untung, umurnya masih panjang. Berkat pertolongan tetangga, Wasinton Pangabean, Josua dilarikan dari rumah dan diantar ke rumah Pendi di Tembesi Button RT 01 RW 01 Kelurahan Kibing, Batuaji Batam.

Meski sudah berlalu sebulan lebih, namun bekas luka pada tubuh anak ini masih membekas, terutama pada pipinya yang luka akibat terkena seng setelah didorong Johanes. Selain itu, di bagian belakang kepalanya juga banyak tidak ditumbuhi rambut akibat bekas luka yang dialami.

Saat awak media mendatangi rumahnya, Josua tengah asik bermain. Namun rasa trauma yang dialaminya masih sangat membekas. Begitu melihat awak media, ia langsung berlari ketakutan dan bersembunyi di balik tubuh Pendi yang tengah membersihkan kolam ikan.

"Mereka ini siapa pak? Teman orang gila ya?Josua takut," ungkapnya sambil memegang erat tubuh Pendi, yang telah dianggap sebagai bapaknya sendiri, Selasa (13/2/2018).

Cukup lama usaha membujuknya untuk bisa bersalaman dengan awak media. Namun akhirnya berhasil setelah dirayu dengan berjanji akan membelikan eskrim untuknya.

Masih dengan malu-malu, bocah enam tahun ini mulai mau mendekat. Ditambah dengan mengeluarkan kamera, rasa ingin tahunya mulai muncul dan tidak pikir panjang lagi untuk mendekat. Kesempatan ini pun tidak disia-siakan. Pertanyaan demi pertanyaan mulai dilayangkan pada Josua.

Begitu ditanya luka di pipinya disebabkan apa, ia langsung menjawab karena didorong oleh bapaknya dengan sebutan orang gila.

"Pipi kena seng, didorong orang gila. Muka Josua juga dipukuli. Pantat apalagi, gak bisa duduk. Orang gila itu Bapak Regar," ujar Josua menyebutkan panggilan Johanes.

Ditanya kenapa memanggil orang gila, ia menjawab karena tingkah laku Johanes yang sering mengamuk tidak tahu arah. Menurutnya, penyiksaan yang ia terima karena dianggap nakal oleh Johanes.

"Josua dibilang nakal karena berak di celana. Bahkan Josua juga disuruh makan taik Ferdi, adik Josua," akunya dengan polos mengingat apa yang telah ia alami.

Josua, tergolong anak yang pintar dan bijak. Sebab, apa pertanyaan yang ditanyakan bisa ia jawab, meski masih tersirat rasa trauma di dalam dirinya.

Tidak hanya sampai disana, pertanyaan demi pertanyaan juga menjajal Pendi, yang merawat dan mengobati Josua hingga sembuh bersama istrinya.

Diceritakan Pendi, berawal dari kedatangan salah satu tetangga Josua, Wasinton Pangabean yang akrab dipanggil Gabe ke rumahnya. Kemudian, Gabe meminta agar ia merawat seorang anak yang mengalami luka luka akibat dianiaya bapaknya.

"Saya tidak tahu siapa bapaknya. Namun Gabe datang membawa josua dengan kondisi memprihatinkan. Katanya, tolong rawat dan obati anak ini. Kebetulan, keluarga istri saya memang memiliki keahlian mengobati secara tradisional dan Gabe tahu hal itu," terang Pendi.

Soal anak ini dilaporkan hilang, Pendi sama sekali tidak tahu. Ia justru mengira Josua dibawa ke tempatnya sudah diketahui orangtuanya.

"Saya tidak tahu kalau Gabe belum memberitahu orangtuanya. Kondisi saat ia dibawa kesini sebulan yang lalu, kedua matanya lebam seperti kena tonjok. Pipi kiri robek. Sementara pantanya memerah bekas pukulan kayu," kenangnya.

Tidak hanya itu, ia merasa sedih saat pertama kali melihat Josua makan. Meski nasi sudah diberik lauk berupa ikan. Namun ia hanya melahap nasinya begitu cepat. Setelah habis Josua meminta nasi kembali.

"Saya tanya kenapa ikannya gk dimakan, Josua bilang nanti. Begitu nasi ditambah, baru ia makan ikannya. Katanya, benar jarang makan nasi, karena hanya dikasi mie instan oleh bapaknya," tambahnya.

Menurutnya, Josua sering berak di celana kemungkinan besar karena tidak mendapatkan makanan yang layak, sehingga pencernaan dalam tubuhnya tidak baik.

"Dalam sehari kadang ia makan hanya sekali, dan itu hanya mie. Mungkin pencernaannya tidak bagus, sehingga mudah berak di celana. Selama disini alhamdulillah tidak pernah seperti itu. Malah ia buang sendiri, mandi sendiri dan sangat pintar. Seharusnya beruntung orangtua mendapatkan anak seperti dia," papar Pendi.

Ia juga mengambil kesimpulan, Josua bukanlah anak yang nakal, namun seorang bocah yang haus kasih sayang. Hal itulah yang tidak ia dapatkan selama ini.

Kembali lagi pada Josua, akibat kekejaman orangtua, kita ia sangat membencu keluarganya. Tidak hany sang bapak, ia juga enggan bertemu ibu dan adik kandungnya. "Mereka semua jahat, tidak sayang sama Josua. Josua gak ingin ketemu mereka," tegasnya sambil terus menempel ke tubuh Pendi.

Editor: Dardani