Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Jubir JK Pertanyakan Maksud Sejarawan Baru Sekarang Perhatian pada Rumah Cimanggis
Oleh : Redaksi
Jum\'at | 19-01-2018 | 09:14 WIB
rumah-peninggalan-VOC.jpg Honda-Batam
Kondisi Rumah Cimanggis saat ini yang mulai lapuk dan hancur. Foto diambil Kamis (18/1/2018).(Dokumen Ketua Umum Herritage Depok Community, Ratu Farah Diba, foto Rumah Cimanggis)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Juru Bicara Wakil Presiden Jusuf Kalla, Husain Abdullah, mempertanyakan perhatian sejarawan terhadap Rumah Cimanggis bertepatan dengan pembangunan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII)

Menurut dia, Rumah Cimanggis sebelumnya kurang mendapatkan perhatian dari para sejarawan.

Belakangan, setelah akan dihancurkan untuk pembangunan UIII mendadak banyak sejarawan yang meminta pemerintah mempertahankannya.

"Menjadi pertanyaan, kenapa justru di saat kawasan sekitarnya akan dibangun pusat peradaban Islam, barulah diributkan," kata Husain melalui keterangan tertulis, Kamis (18/1/2018).

Juru Bucara Wapres Jusuf Kalla, HUsain Abdullah (Sumber foto: KOMPAS.com)

Ia menilai, para sejarawan tersebut tak berpikir luas jika menolak rencana pemerintah menghancurkan rumah tersebut demi pembangunan UII.

Husan mengatakan, seharusnya sejarawan menggunakan logika dalam mengkaji aspek kesejarahan sebuah objek.

Ia meragukan status Adriana Bake yang disebut sebagai istri kedua Gubernur Jenderal Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) ke-29.

Namun, Adriana justru dibuatkan rumah di tengah hutan Depok di saat Petrus Albertus Van der Parra, tinggal di Istana Bogor yang megah.

Menurut dia, jika Adriana bukan istri kedua Van der Parra, seharusnya ia tinggal di Istana Bogor.

"Tapi faktanya tidak, justru Adriana harus menepi ke Rumah Cimanggis di Depok yang pada masa itu, sebagian masih hutan belantara," lanjut dia.

Kondisi Rumah Cimanggis saat ini yang mulai lapuk dan hancur. (Dok. Ketua Umum Herritage Depok Community, Ratu Farah Diba.)

Husain juga menyinggung sejarawan yang mengkritik Kalla dengan meminta Wakil Presiden menghancurkan pula Benteng Rotterdam di Makassar yang didirikan pemerintah kolonial Belanda yang korup.

Ia menyebutkan, benteng itu tidak dibangun Belanda, melainkan oleh Raja Gowa sebagai pengawal Benteng Somba Opu, yang kemudian direbut oleh Belanda setelah Speelman menaklukkan Gowa.

"Tidak perlu membenturkan rencana pembangunan UIII di kawasan tersebut, apalagi melebih-lebihkan Rumah Cimanggis yang sebelumnya kurang menjadi perhatian sejarawan," papar Husain.

Kritik JK

Sejarawan JJ Rizal mengkritisi ucapan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menyebut rumah tua Cimanggis tak layak menjadi cagar budaya karena merupakan peninggalan gubernur jenderal VOC yang korup untuk istri keduanya.

Hal ini terkait dengan rencana pembangunan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) tepat di situs rumah tua Cimanggis.

Menurut dia, jika itu alasannya, maka banyak bangunan di Indonesia yang juga tidak layak dipertahankan karena memiliki latar belakang serupa.

"Jika Rumah Cimanggis dianggap tidak layak sebagai situs sejarah karena bangunan penjajah yang korup, maka akan banyak sekali bangunan sejarah di Indonesia yang perlu dihancurkan dan dikoreksi karena tidak layak sebagai situs sejarah," ujar JJ Rizal, Selasa (16/1/2018) lalu.

Sejarawan JJ RIzal siap melangkah bakal calon Wali Kota Depok di pemilu kepala daerah Depok 2015 mendatang. JJ RIzal yang juga pengamat kota kini mulai membuka diskusi publik atas problematika Depok yang perlu dibenahi (Sumber foto: KOMPAS.com)

JJ mencontohkan Museum Sejarah Jakarta dan seluruh area Kota Tua Jakarta yang dulunya merupakan pusat pemerintahan kompeni yang jadi asal mula penjajahan dan sarang VOC yang korup.

Demikian pula Istana Negara yang semula merupakan villa mewah pejabat kompeni yang dijadikan kantor gubernur jenderal Belanda.

Bahkan, kata Rizal, di Makassar yang merupakan kampung Kalla, ada Fort Rotterdam yang merupakan benteng tanda awal kolonialisme Belanda di Indonesia Timur yang dikepalai Speelman yang juga korup.

Sumber: Kompas.com
Editor: