Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kebutuhan Seks Tak Terpenuhi Bisa Bikin Kita Sakit, Begini Penjelasannya
Oleh : Redaksi
Kamis | 18-01-2018 | 14:26 WIB
ilustrasi-seks1.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Hubungan seksual adalah kebutuhan dasar manusia. Jadi, apabila tak dipenuhi, maka kita pun bisa sakit, sama halnya tidak makan atau tidak minum.

Seperti yang diungkapkan oleh seksolog Zoya Amirin, tidak terpenuhinya kebutuhan seks berdampak pada fisik dan psikis. Secara emosional, seseorang yang tak terpuaskan kebutuhan seksnya akan mudah marah, tidak bahagia, sinis, berperilaku negatif seperti misalnya senang bergosip.

Sementara, penyakit fisik yang sering dialami oleh mereka yang tak terpenuhi kehidupan seksnya adalah psikosomatis, biduran, rambut rontok, dan gejala stres.

"Kalau ada pasien yang mengeluh sakit dan memeriksakan ke dokter, namun tak ada tanda penyakit apa pun, pasien ini akan dirujuk ke psikolog. Salah satu sebab keluhannya adalah karena kebutuhan seksnya tidak terpenuhi atau tidak terekspresikan dengan benar," tutur Zoya.

Kebutuhan seks yang tidak terpenuhi dipengaruhi sejumlah faktor, kata Zoya. Seperti kurangnya pujian dari pasangan, kualitas hubungan seks yang buruk, hingga vaginismus.

"Kita tumbuh dalam masyarakat yang kondisinya menjelek-jelekkan seks. Setiap akan penetrasi istri kesakitan karena selama ini perempuan menganggap seks adalah dosa," tambahnya.

Saat awal pernikahan tidak sedikit perempuan yang stres karena selama hidupnya ia memahami seks sebagai sesuatu yang buruk, jorok, tabu.

"Image seks terlalu jorok sehingga perempuan merasa tegang saat akan melakukan hubungan seks di malam pertama misalnya," jelas Zoya.

Kondisi ini juga lah yang membuat perempuan, juga bersama pasangannya, menjadi tak terpenuhi kebutuhan seksnya. Untuk mengatasi berbagai masalah yang timbul dari tidak terpenuhinya kebutuhan seks, Zoya kerap menerima pasien terapi juga konseling.

Perlahan, pasien ini harus dilatih untuk mulai menikmati seks, dengan mengubah mindset terlebih dahulu. Tahapan terapi ini bisa beragam pada setiap orang, mulai seminggu sekali selama tiga bulan, juga sebulan 2-3 kali selama enam bulan.

"Berapa lama waktu yang dibutuhkan bergantung pada seberapa besar masalah seksual yang dihadapi seseorang, yang membuat kebutuhan seksnya tidak terpenuhi," tutup Zoya.

Sumber: Nova.Id
Editor: Yudha