Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Seharga Rp11 Miliar, Ini Obat Mata Termahal yang Pernah Ada
Oleh : Redaksi
Senin | 15-01-2018 | 10:02 WIB
mata.jpg Honda-Batam
ilustrasi: Luxtuma adalah obat kebutaan bawaan yang dihargai US$850 ribu (Rp11 miliar) dan dengan harga ini, luxtuma menjadi obat yang termahal di dunia sampai saat ini. (freemagebank)

BATAMTODAY.COM, Oregon - Tak dimungkiri kalau obat-obatan memang punya harga yang mahal. Namun rasanya harga obat mahal ini belum seberapa mahal jika dibandingkan dengan Luxtuma, obat baru dan satu-satunya yang diklaim bisa menjadi obat terapi gen untuk mengatasi kebutaan keturunan.

Obat yang sudah disetujui oleh FDA pada bulan lalu ini dihargai US$850 ribu (Rp11 miliar). Dengan harga ini, luxtuma menjadi obat yang termahal di dunia sampai saat ini.

Obat yang diproduksi oleh Spark Therapeutics dan awalnya berusaha untuk menjual obat ini dengan harga US$1 juta (Rp13 miliar). Namun pada akhirnya mereka harus menjualnya dengan harga yang lebih murah setelah perusahaan asuransi mengekspresikan kekhawatiran akan kemampuan mereka untuk bisa menutupi biaya pengobatan tersebut.

Sekalipun harganya turun, namun luxtuma ini masih jauh lebih mahal daripada semua obat lainnya di pasar global, termasuk dari dua perawatan terapi gen lain yang disetujui FDA tahun lalu.

Bukan cuma harganya yang sangat mahal, namun obat terapi gen ini juga berukuran kecil. Luxtuma adalah obat satu kali suntikan yang menggunakan virus untuk 'mengirimkan' gen pengganti ke jaringan tissue retina mata orang yang lahir dengan mutasi genetik spesifik dan menyebabkan kematian.

Pengobatan ini membutuhkan biaya US$425 ribu sekali suntik untuk satu sisi mata saja.

Dengan harga yang mahal ini, pengembang obat tersebut berpendapat bahwa luxtuma hanya ditujukan untuk sekali penggunaan. Ini membedakannya dari obat tradisional yang konsumsi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

"Kami ingin menyeimbangkan nilai masalah jangkauan dengan harga yang bertanggung jawab yang akan menjamin akses untuk pasien," kata Jeffret Marrazzo, CEO Spark Therapeurics kepada The Star dikutip dari Oddity Central.

Hanya saja, sekalipun berdalih bahwa harga tersebut pantas mengingat perbandingan jangka waktu dan kemungkinan biaya lainnya, namun tetap ada pertentangan soal ini.

"Spark Therapeutics memberi harga luxtuma terlalu mahal. Sistem kali tidak bisa mengatasi harga yang tak adil seperti ini," kata David Mitchell, pendiri organisasi Patient for Affordable Drugs.

Sumber: Oddity Central
Editor: Udin