Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Aksi Bela Palestina di Indonesia Tunjukkan Kekuatan Bela Negara Muslim
Oleh : Redaksi
Minggu | 17-12-2017 | 10:30 WIB
aksi_bela_palestina.jpg Honda-Batam
Aksi Bela Palestina di Tugu Monas Jakarta

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Ribuan umat muslim dari berbagai daerah Indonesia menggelar aksi bela Palestina dalam menolak keputusan Presiden Amerika Serikat Donnald Trump yang memberikan dukungan Yerusalem sebagai ibukota negara zionis Israel.

Beberapa tokoh nasional mengikuti aksi ini seperti Ketua MPR Zulkifl Hasan, Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon, mantan Ketua MPR Amien Rais, Ketua PP Muhammadiyah Natsir Abbas, Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym dan lain-lain.

Aksi Bela Palestina ini menolak Yerussalem sebagai ibukota Israel dan menyerukan pemboiotan terhadap produk-produk Amerika Serikat yang dianggap memberikan dukungan ke negara Yahudi tersebut.

Aa Gym menilai aksi bela Palestina hari ini, Minggu (17/12/2017), bisa dipandangnya sebagai bentuk adanya kekuatan umat Islam.

"Ya, Allah tolong saudara kami di Palestina. Lepaskan dari penjajahan yang zalim. Terima kasih hadirin sekalian. Siapa orang Islam yang paling benar adalah yang paling bertakwa. Jaga akhlak, jaga akhlak. Mudah-mudahan pertemuan ini makin dicintai Allah. Jaga lisan, jaga ucapan, ujarnya.

Menurutnya, Aksi Bela Palestina ini menunjukkan adanya kekuatan umat Islam dalam membela negara Muslim. "Islam adalah agama yang adil. Adil itu menempatkan sesuatu pada tempatnya. Kita dapat hikmah dari Mister Donald Trump," ucapnya.

Ia mengajak peserta aksi untuk mendoakan agar Donald Trump diberi hidayah.

Ia menegaskan, bahwa umat Islam merupakan saudara dan memiliki rasa tolerasi yang tinggi dalam menyikapi perbedaan. "Sesungguhnya orang beriman itu bersaudara. NU saudara, Muhammadiyah saudara. Semakin banyak bersaudara, hati makin lunak. Kita harus menyikapi perbedaan dengan bijak," ungkapnya.

Aa Gym juga mengajak menyikapi perbedaan dengan damai. "Bagaimana kalau agama yang beda dengan kita. Beda agama hak masing-masing. Tidak perlu marah. Indonesia negara demokrasi," tutup dia.

Editor: Surya