Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Waw, Ariel Heryanto Diangkat Jadi Anggota Akademi Bergengsi di Australia
Oleh : Redaksi
Jumat | 24-11-2017 | 19:39 WIB
penghargaan1.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Ariel Heryanto menerima sertifikat anggota Akademi dari Prof John Fitzgerald (Sumber foto: Australia Academy of Humanities)

BATAMTODAY.COM, Australia - Professor Ariel Heryanto yang sekarang mengabdi di Monash University di Melbourne diangkat menjadi anggota salah satu lembaga ilmuwan tertinggi di Australia.

Ariel Heryanto diangkat menjadi anggota di Australian Academy of the Humanities yang merupakan lembaga nasional tertinggi di Australia di bidang ilmu-ilmu kemanusiaan (humaniora).

Upacara pemberian sertifikat bagi Ariel Heryanto diserahkan oleh Prof John Fitzgerald Presiden dari Akademi di Fremantle (Australia Barat) bersamaan dengan sidang tahunan ke-48 lembaga tersebut.

Dalam keterangannya, Kamis (23/11/2017), Prof Ariel Heryanto mengatakan bahwa dia diangkat menjadi anggota Akademi sejak tahun 2016, dengan usulan menjadi anggota akademi oleh ilmuwan lainnya.

Akademi untuk Bidang Ilmu Humaniora ini beranggotakan sekitar 600 sarjana paling senior di Austalia, dan keanggotaannya tidak dapat dilamar atau didaftar.

"Anggota Akademi hanya diusulkan dan diangkat oleh akademi lewat sebuah proses seleksi ketat dan berlapis yang melibatkan ratusan anggotanya selama setahun," tulis Ariel dalam postingannya di Facebook.

"Saya termasuk yang terpilih dalam sidang tahunan mereka tahun 2016. Upcaranya baru dalam sidang mereka tahun ini dan di sidang tahun ini juga memilih calon yang akan diangkat tahun depan," kata Ariel.

"Tahun lalu saya terpilih ketika saya masih bekerja di ANU dan dalam persiapan pindah ke Monash."

Prof Ariel Heryanto saat ini memegang jabatan keprofessoran Herb Feith di bidang Studi Indonesia di Monash University setelah sebelumya selama beberapa tahun mengajar di Jurusan Budaya, Sejarah dan Bahasa di Australian National University di Canberra.

Ariel Heryanto mengatakan bahwa dia sebenarnya tidak bermimpi diangkat jadi anggota akademi serupa di Indonesia.

"Apalagi di luar Indonesia," katanya lagi.

Ariel Heryanto menjadi orang kelahiran Indonesia kedua yang menjadi Akademi tersebut.

Yang pertama adalah Professor Ien Ang, seorang perempuan yang sekarang menjadi Direktur Institut Budaya dan Masyarakat di University of Western Sydney.

Prof Ien Ang lahir di Surabaya, dan meninggalkan Indonesia bersama orang tuanya di tahun 1966-an untuk pindah ke Belanda, dan menyelesaikan pendidikan di sana sebelum kemudian pindah dan mengajar di Australia.

Menurut Ariel, berdasarkan pengamatan seorang rekannya, dia adalah sarjana pertama yang lahir, dibesarkan dan dididik hingga perguruan tinggi di Indonesia telah mendapat kehormatan ini.

"Karena itu dengan suka-cita saya berbagi kisah di sini, sebab saya berharap akan ada lebih banyak rekan-rekan sarjana yang lahir dan besar di Indonesia akan menyusul dan bergabung dalam waktu dekat," tambah Ariel lagi.

Kepada salah seorang yang memberikan ucapan selamat di media sosial, Ariel Heryanto berharap bahwa apa yang dicapainya juga mendorong semua yang pernah lahir dan dibesartkan di Indonesia untuk juga berkarya di luar Indonesia.

"Agar kisah tentang Indonesia di forum internasional tidak hanya didominasi warga non-Indonesia," katanya lagi.

Selain pernah dan masih mengajar di beberapa universitas di Australia seperti di Monash University, University of Melbourne dan ANU, Ariel Heryanto pernah juga mengajar di National University of Singapore, dan Universitas Satya Wacana di Salatiga (Jawa Tengah).

Sampai sekarang Ariel Heryanto sudah menghasilkan sekitar 600 tulisan mengenai budaya, baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Inggris, selama 30 tahun karirnya sebagai ilmuwan sosial.

Dalam paparannya di Akademi Ariel Heryanto disebut telah memberikan banyak jasa dalam pemikiran di bidang politik identitas dalam kehidupan sehari-hari, kerjasama antar wilayah dalam membangun studi Asia setelah selesainya perang dingin.

Juga dalam hal dialog inovatif antara berbagai bidang studi dengan 'ilmu kemanusiaan baru' seperti studi budaya, studi media dan studi pasca kolonial.

Selain mendalami masalah-masalah mengenai Indonesia, Ariel juga tertarik dengan studi komparasi mengenai Asia dan kawasan lainnya.

"Masalah global dan nasional sebenarnya adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dan tidak bertentangan, seperti yang sering diperbincangkan secara terbuka."

"Selama berabad-abad, Asia Tenggara, kawasan yang menjadi minat saya, sudah menjadi pusat pergerakan orang, agama, dan sains antarbenua," kata Ariel seperti dikutip oleh situs ANU yang memberitakan terpilihnya dia sebagai anggota Akademi.

Ketika ditanya mengenai mengapa dia belum mendapat penghargaan atau bermimpi untuk diangkat oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Ariel Heryanto menjawab:

"Di Indonesia saya merasa jauh dari lingkaran yang menjadi anggota Akademi. Saya tidak yakin mereka kenal saya."

Sumber: ABC Plus
Editor: Udin